Kuburan yang tanahnya meninggi 1,5 meter di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), masih menyisakan banyak misteri. Salah satunya soal siapa yang dimakamkan di pusara tersebut.
Dihimpun detikcom, Selasa (30/3/2021), kuburan di Korong atau Kampung Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Padang Pariaman, Sumbar, itu mulai meninggi sejak 15 hari terakhir. Wali Korong Sungai Asam, Anuar, mengatakan tak ada yang tahu siapa yang dimakamkan di pusara itu karena tak ada nama di batu nisannya.
"Siapa yang dimakamkan di sana, itu belum ada yang tahu, karena kuburannya sudah lama dan tidak ada nama di batu nisannya," kata Anuar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, dia menduga kuburan tersebut merupakan makam orang dari suku Panyalai. Makam itu diduga sudah lama ada.
"Itu kuburan kaum suku Panyalai," kata Anuar.
![]() |
Para pemuka agama dan adat, termasuk dari suku Panyalai, di wilayah itu telah bertemu. Mereka sepakat mencari tahu siapa keluarga dari jenazah yang dimakamkan di lokasi itu.
Untuk sementara, para tokoh agama, adat dan pemerintah setempat sepakat agar makam itu dijaga bersama. Hal itu ditujukan agar makam tidak rusak oleh warga yang makin ramai berdatangan tiap hari.
Terbaru, kuburan itu dipasangi kain putih. Kain itu dipasang seperti menjadi atap bagi makam tersebut. Menurut Anuar, hal tersebut merupakan tradisi setempat.
"Kebetulan kalau tradisi kita, kalau ada yang meninggal, pas dikubur, memang dipasang tirai. itu tradisinya," katanya.
"(Tirai) ini dipasang oleh salah satu warga, yang berasumsi ini keluarganya. Tapi kita belum bisa pastikan karena tidak ada bukti bahwa ini benar keluarga beliau," sambung Anuar.
Tanah di kuburan tersebut meninggi hingga 1,5 meter dengan diameter 3-3,5 meter. Kuburan lama tanpa identitas itu ikut serta membawa naik tiga pusara lainnya.
Anuar menyebut tidak ada bekas penimbunan atau jejak kendaraan yang membawa timbunan ke tempat itu. Batu nisan tidak rusak sama sekali, melainkan ikut naik.
Sementara itu, Ahli geologi Ade Edwar mengatakan perlu ada penelitian soal fenomena yang terjadi tersebut. Dia mengatakan penelitian dibutuhkan untuk mengecek apakah tanah kuburan meninggi itu alami atau dibuat-buat demi sensasi.
![]() |
"Perlu dipastikan dulu apakah fenomena ini memang alamiah, karena bisa saja ini dibikin oknum tertentu untuk membuat sensasi," kata Ade Edward dalam percakapan dengan detikcom, Jumat (26/3).
Meski demikian, Ade menyebut tanah yang tiba-tiba meninggi atau yang dikenal dengan 'tanah tumbuh' itu sering terjadi. Terutama, katanya, di sepanjang patahan Sumatera.
"Sepanjang patahan Sumatera, banyak 'tanah tumbuh' ini, namanya diapir. Diapir adalah penerobosan (intrusi) batuan karena perbedaan tekanan dan buoyancy. Penerobosan biasanya vertikal melibatkan batuan berdensitas rendah yang relatif mobile menerobos batuan berdensitas lebih tinggi, biasanya melalui rekahan (fracture). Diapir ini bisa di mana saja terjadi," katanya.
"Di samping fenomenologi diapir, hal lain bisa juga karena adanya patahan, seperti kejadian di pinggir jalan di Lubuk Selasih sebelum Mapolres Solok beberapa waktu lalu, di mana tanah daerah tersebut juga naik terus akibat tekanan dari patahan Sumatera," tambah dia.
Simak video 'Kuburan 'Menggelembung' Ramai Didatangi Warga, Kini Dipasang Tirai':