Isu sentimen anti-Asia yang memicu kekerasan di Amerika Serikat (AS) menyeruak. Belakangan, peristiwa penyerangan terhadap dua Warga Negara Indonesia (WNI) di AS memicu kewaspadaan terhadap xenofobia. Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino angkat bicara.
"Tentu Kemlu (Kementerian Luar Negeri) berkewajiban untuk melindungi warga negara kita. Namun Kemlu juga harus mendesak pemerintah AS bertanggung jawab agar peristiwa tersebut tidak terulang," kata Arjuna dalam pernyataan sikap tertulis yang diterima detikcom, Senin (29/3/2021).
AS harus lebih bertanggung jawab terhadap penegakan hukum. AS juga perlu lebih bertanggung jawab terhadap nilai-nilai Declaration of Independence yang memuat humanisme universal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, kekerasan tersebut diduga berakar dari stigma orang Asia pembawa virus COVID-19, yang didengungkan oleh sejumlah politisi AS seperti Donald Trump dan politisi konservatif lainnya yang yang gemar menyudutkan otoritas China atas penyebaran virus ke penjuru dunia," kata Arjuna.
Menurut Arjuna, pernyataan Trump dan sejumlah pejabat publik Amerika Serikat di media massa yang menyerukan kata-kata rasial seperti 'virus Wuhan', 'Kung Flu', dan sebagainya berpengaruh besar pada penanaman sentimen dan stigma rasial yang berujung pada kekerasan.
Pemerintah AS sudah meratifikasi International Convention on The Eliminationo of Alll Form of Racial Discrimination 1965 (CERD). Maka sudah sepatutnya pemerintah Amerika Serikat melakukan upaya access to justice kepada semua warga yang menjadi korban tindakan rasialisme.
Selanjutnya, permintaan GMNI:
Isu anti-Asia ini menjadi pikiran dunia, belakangan khalayak umum Indonesia juga turut memikirkannya. Soalnya, dua remaja Indonesia di Amerika menjadi korban serangan di stasiun kereta di Philadelphia, Pennsylvania, AS. Kemlu RI Meminta para WNI di AS waspada akan bahaya xenofobia (perasaan benci terhadap orang asing).
"KJRI New York dan perwakilan RI di AS lainnya terus mengingatkan WNI untuk meningkatkan kehati-hatian atas kecenderungan meningkatnya xenophobia di AS," kata juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah, Sabtu (27/3) lalu.