Kuburan dengan nisan tanpa yang tanahnya meninggi 1,5 meter di Korong Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, makin ramai didatangi warga. Saat ini, kuburan itu dipasangi kain putih.
Pantauan detikcom di lokasi, Senin (29/3/2021), pagar dari kayu menutup semua sisi makam. Tampak kain putih menutupi sebagian atas makam.
Wali Korong Sungai Asam, Anuar, menyebut area kuburan tersebut sengaja dipagar agar tidak terjadi perusakan. Dia mengatakan pengunjung yang datang semakin banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti kita lihat, ini setiap hari ratusan orang yang datang untuk melihat. Jadi atas kesepakatan bersama semua pihak, harus kita beri pagar pembatas, sehingga tidak ada yang rusak," kata Anuar.
Dia mengatakan kain putih yang dijadikan seperti pelindung kuburan dipasang seorang warga yang merasa kuburan tersebut adalah makam keluarganya. Dia menyebut hal tersebut merupakan tradisi.
"Kebetulan kalau tradisi kita, kalau ada yang meninggal, pas dikubur, memang dipasang tirai. itu tradisinya," katanya.
"(Tirai) ini dipasang oleh salah satu warga, yang berasumsi ini keluarganya. Tapi kita belum bisa pastikan karena tidak ada bukti bahwa ini benar keluarga beliau," tambah Anuar.
Baca juga: Misteri Tanah Menggelembung Makam Tanpa Nama |
Hingga saat ini, pihak terkait di kampung tersebut masih mencari tahu siapa sosok yang dimakamkan dalam kuburan itu. Pemerintah daerah bersama alim ulama setempat baru mengetahui bahwa area kuburan itu merupakan milik kaum atau suku Panyalai.
"Siapa yang dimakamkan di sana, itu belum ada yang tahu, karena kuburannya sudah lama dan tidak ada nama di batu nisannya. Tapi itu kuburan kaum suku Panyalai," kata dia.
"Kami masih mencari kebenaran pasti siapa yang dikuburkan di makam ini," kata Anuar.
Video 'Kuburan 'Menggelembung' Ramai Didatangi Warga, Kini Dipasang Tirai':
Sebelumnya, tanah kuburan itu diketahui semakin meninggi dibanding yang lain. Tanah di kuburan tersebut meninggi hingga 1,5 meter dengan diameter 3-3,5 meter. Kuburan lama tanpa identitas itu ikut serta membawa naik tiga pusara lainnya.
Ahli geologi Ade Edwar mengatakan perlu ada penelitian soal fenomena yang terjadi di Padang Pariaman tersebut. Dia mengatakan penelitian dibutuhkan untuk mengecek apakah peristiwa itu alami atau dibuat-buat demi sensasi.
"Perlu dipastikan dulu apakah fenomena ini memang alamiah, karena bisa saja ini dibikin oknum tertentu untuk membuat sensasi," kata Ade Edward dalam percakapan dengan detikcom, Jumat (26/3).
Meski demikian, Ade menyebut tanah yang tiba-tiba meninggi atau yang dikenal dengan 'tanah tumbuh' itu sering terjadi. Terutama, katanya, di sepanjang patahan Sumatera.
"Sepanjang patahan Sumatera, banyak 'tanah tumbuh' ini, namanya diapir. Diapir adalah penerobosan (intrusi) batuan karena perbedaan tekanan dan buoyancy. Penerobosan biasanya vertikal melibatkan batuan berdensitas rendah yang relatif mobile menerobos batuan berdensitas lebih tinggi, biasanya melalui rekahan (fracture). Diapir ini bisa di mana saja terjadi," katanya.
"Di samping fenomenologi diapir, hal lain bisa juga karena adanya patahan, seperti kejadian di pinggir jalan di Lubuk Selasih sebelum Mapolres Solok beberapa waktu lalu, di mana tanah daerah tersebut juga naik terus akibat tekanan dari patahan Sumatera," tambah dia.