Jenazah Hanif Dirawat Sesuai Standar Pasien Flu Burung

Jenazah Hanif Dirawat Sesuai Standar Pasien Flu Burung

- detikNews
Kamis, 02 Mar 2006 13:24 WIB
Solo - Pihak RSUD dr Moewardi Solo yang merawat Hanif Cahya Putri (12 tahun) hingga meninggal menyatakan kematian pasiennya itu karena gagal napas akibat pneumonia berat. Namun demikian belum dapat dipastikan penyebabnya karena hasil tes sampel belum keluar."Sampel dari tubuh pasien telah dikirim ke Litbangkes Depkes, hasilnya belum keluar. Meskipun kondisi Hanif semakin memburuk sejak kemarin, kami tidak berwenang menaikkan statusnya karena belum ada hasil tes," ujar ketua tim medis kasus flu burung RSUD dr Moewardi, dr Reviono SpP, kepada wartawan, Kamis (2/3/2006).Reviono memaparkan, sejak Selasa siang 28 Februari kondisi Hanif memang semakin memburuk dan menunjukkan tanda gagal napas hingga akhirnya meninggal pukul 21.00 WIB. Diagnosa akhir pihak rumah sakit menyebutkan Hanif mengalami edema napas atau edema paru karena pneumonia yang diduga karena virus H5N1."Tingkat kematian penderita flu burung memang tinggi. Di Indonesia ini 70% lebih penderita akibat flu burung berakhir dengan kematin, terutama pada anak-anak. Karakter penyakit ini memang ganas dan hanya bisa ditangkal dengan imunitas tubuh yang baik. Sedangkan tingkat imunitas anak-anak di bawah orang dewasa," lanjutnya.Standar Jenazah Korban Flu BurungSedangkan Kepala Instalasi Forensik dan Mediko Legal RSUD Solo, dr Rorry Hartono SpF, mengatakan perawatan jenazah Hanif dilakukan sesuai prosedur tetap untuk jenazah korban atau yang diduga meninggal karena flu burung. Jenazah Hanif dikategorikan sebagai sangat infeksius atau sangat menular."Dalam protokol penerimaan disebutkan dia mati sebagai suspect flu burung dan karena hasil laboratorium belum keluar maka dia kami perlakukan sebagai sangat infeksius. Kategori ini mengharuskan jenazah tidak boleh diotopsi dan perawatan pra penguburan semuanya dilakukan rumah sakit," paparnya.Setelah dimandikan, kata Rorry, dilakukan dengan pengamanan sangat ketat. Lima lapis plastik digunakan untuk membungkus jenazah Hanif. Tiga di antaranya ditempatkan di sela-sela kain kafan, dua lainnya dibungkuskan di bagian paling luar. Pengamanan ketat juga dilakukan pada peti jenazahnya."Semula pihak keluarga tidak menghendaki ada peti jenazah. Namun setelah diberi pengertian, akhirnya keluarga malah meminta. Bagi kami yang penting keamanannya yaitu jangan sampai cairan tubuh jenazah keluar karena cairan yang dimungkinkan sebagai media penularan," lanjut Rorry.Hanif meninggal Rabu malam 1 Maret. Nandya Kurniawan, adik kandung Hanif, telah meninggal sehari sebelumnya di RSUD Boyolali. Gejala awal yang dialami oleh kakak beradik ini sama, yaitu panas tinggi dan menurunnya kesadaran.Saat ini RSUD Solo masih meraweat dua pasien yang ditangani secara khusus karena berkaitan flu burung. Dua orang tersebut adalah pasien D asal Klaten dan MB, teman sekelas Nandya. D kondisi semakin membaik dan telah dikeluarkan dari ruang isolasi, sedangkan MB masih berstatus observasi.Sterilisasi RuanganSepeninggal Hanif, ruang isolasi di Bangsal Anggrek RSUD Solo yang sudah kosong, langsung dilakukan sterilisasi. Langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan masih ada penyebab penyakit yang tertinggal. Sterilisasi dilakukan dengan dilakukan penyemprotan. (nrl/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads