Moeldoko mengatakan keputusannya menerima permintaan memimpin Partai Demokrat merupakan keputusan pribadi. Moeldoko mengatakan tidak mau membebani Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait keputusannya.
"Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB," ujar Moeldoko melalui posting-an Instagram resminya, @dr_Moeldoko, Minggu (27/3/2021).
"Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moeldoko mengatakan dirinya terbiasa mengambil risiko demi kepentingan bangsa. Jadi dia meminta untuk tidak membawa-bawa Jokowi dalam persoalan KLB Deli Serdang Partai Demokrat.
"Saya terbiasa mengambil risiko seperti ini, demi kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu, jangan bawa-bawa Presiden untuk persolan ini," kata Moeldoko.
Tidak hanya itu, dia juga mengaku tidak memberi tahu keputusannya menjadi Ketua Umum Partai Demokrat kepada istri dan keluarga.
"Saya juga khilaf, tidak memberi tahu kepada istri dan keluarga," tuturnya.
Moeldoko meyakini terjadi permasalahan dalam tubuh Partai Demokrat. Moeldoko mengatakan terjadi kekisruhan dan bergesernya arah demokrasi.
"Saya orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat. Kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat," ujar Moeldoko.
Moeldoko mengatakan terjadi pertarungan ideologis di tubuh Partai Demokrat menjelang Pemilu 2024. Pertarungan juga disebut dilakukan secara terstruktur.
"Terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali, ini menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045," kata Meoldoko.
Tonton Video: PD Kubu Moeldoko Singgung Ibas ke Kasus Korupsi Hambalang