Jakarta - Para ilmuwan AS telah menemukan kota Pompeii baru di salah satu pulau di Indonesia. Kota itu selama ini terkubur abu akibat letusan gunung berapi paling dahsyat, Gunung Tambora. Kalangan sains yakin bahwa kota yang mereka temukan itu merupakan peninggalan terakhir sebuah peradaban yang terkubur oleh letusan hebat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 1815 silam.Pompeii sendiri merupakan nama kota Romawi di dekat Naples, Italia yang disapu oleh Gunung Vesuvius yang meletus pada tahun 79. Gunung itu mengubur kota tersebut di bawah timbunan abu raksasa dan lenyap selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali secara tidak disengaja. Sejak itu, hasil penggalian memberikan detail gambaran menakjubkan atas kota Pompeii yang berdiri semasa Kerajaan Romawi itu. Kini, Pompeii merupakan salah satu tujuan wisata ternama di Itali dan dinobatkan sebagai Lokasi Warisan Dunia UNESCO.Satu tim dari Indonesia dan AS telah menggali sisa-sisa sebuah rumah jerami di lokasi meletusnya Tambora. Diyakini bahwa temuan ini cuma sudut kecil dari keseluruhan kota yang dulu dihuni sekitar 10 ribu orang dan terkubur di bawah abu."Ada kemungkinan bahwa Tambora menjadi Pompeii di timur dan ini bisa menjadi kepentingan budaya yang besar," ujar Profesor Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island, AS, yang memimpin proses penggalian. "Semua orang, rumah dan kebudayaan mereka masih ditampilkan di sana seperti layaknya tahun 1815 lampau," imbuhnya seperti diberitakan media Inggris,
The Independent, Rabu (1/3/2006).Letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815 merupakan yang terbesar sepanjang zaman modern. Ini empat kali lebih dahsyat daripada muntahan Gunung Krakatau pada 1883. Suara letusannya begitu kuat sampai terdengar hingga jarak 1.700 mil. Guncangannya dirasakan oleh orang-orang yang jaraknya sekitar 1.000 mil dari Tambora.Letusannya mendatangkan asap tebal yang bergulung-gulung jauh ke atas. Abu beterbangan hingga 800 mil jauhnya. Lebih dari 10 ribu orang tewas seketika akibat lahar, batu dan abu panas yang disemburkan Gunung Tambora. Beberapa minggu kemudian, sekitar 117 ribu orang lainnya meninggal akibat penyakit serta gagal panen di ladang-ladang yang dipenuhi abu. Peradaban Tambora pun mati. Namun akhirnya kota yang hilang itu ditemukan oleh Profesor Sigurdsson dan rekan-rekannya pada tahun 2004 setelah mengikuti seorang pemandu tur yang mengatakan, warga setempat telah menemukan peninggalan kuno di daerah itu. Dari hasil penggalian ditemukan sisa-sisa perunggu, tembikar dan kaca.Letusan Gunung Tambora mengundang perhatian besar karena terkait dengan masalah perubahan iklim. Gunung itu mengeluarkan begitu banyak debu ke atmosfir sehingga menyebabkan "pendinginan global" sampai-sampai tahun 1816 dikenal sebagai "tahun tanpa musim semi" atau "mati membeku". Bahkan di negara bagian Maine, panen terus digagalkan oleh cuaca dingin pada Juni, Juli dan Agustus 1816. Secara global, temperatur turun 1 derajat Celcius.
(ita/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini