Gerakan emansipasi yang dipelopori RA Kartini telah menghasilkan perempuan-perempuan tangguh di segala lini. Hal ini juga yang menjadi inspirasi Masnuah seorang ibu rumah tangga berpendidikan sekolah dasar (SD) menjadi pejuang hak-hak perempuan di kalangan ibu di Kabupaten Demak.
Perempuan berusia 47 tahun ini adalah seorang pendiri Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari, sebuah kelompok yang memiliki misi kemandirian ekonomi perempuan. Kelompok tersebut ia bentuk bersama 30 perempuan nelayan lainnya pada 2005, sehingga kini sudah 16 tahun ia berjuang memberdayakan perempuan.
Dia mengaku hal itu dilakukan semata-mata agar hak perempuan dapat terpenuhi. Mengingat tradisi patriarki yang amat kental di lingkungan nelayan membuat aktivitas dan posisi perempuan sangat tidak diuntungkan. Hal ini juga ia alami saat kecil ketika tumbuh dari keluarga nelayan di Rembang, Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya hanya lulusan SD sekitar tahun 1987-an. Karena posisi keluarga saat itu tidak sampai berpikir anaknya sampai sekolah tinggi, jadi sebelum aktif di Puspita Bahari saya bekerja jadi buruh pengolahan ikan," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM.
Masnuah menuturkan pada 2007 Puspita Bahari pernah ditinggalkan satu per satu oleh para anggotanya karena adanya stigma negatif dari masyarakat karena dianggap melawan kodrat. Namun, Masnuah tak gentar ia merancang penguatan ekonomi bersama organisasi lain, sehingga tak hanya fokus di gerakan perlawanan diskriminasi.
"Kenapa masuknya pertama kali itu dari pemberdayaan ekonomi itu cukup membantu, karena tanpa ada ekonomi yang mendukung, tadinya perempuan ini dilarang keluar gabung ke Puspita Bahari, dianggap nggak ada manfaatnya," tutur Masnuah.
Lebih jauh pada tahun 2009 Puspita Bahari mulai produksi kerupuk ikan, salah satunya ikan sriding krispi. Pihaknya menyulap ikan yang semula tak laku di pasaran menjadi makanan yang memiliki nilai tambah hingga membantu menggenjot perekonomian masyarakat.
Masnuah mengaku tahun 2009 itu menjadi titik balik gerakan pemberdayaan ekonomi perempuan nelayan. Aktivitas pelaku usaha mikro perempuan tersebut masih bertahan hingga sekarang. Selain itu, dari tahun itu juga ia belajar mengenal hukum lantaran beberapa LBH ikut berkolaborasi dengan Puspita Bahari.
Tercatat, salah satu perjuangan yang berhasil Masnuah dan kelompoknya lakukan adalah memberikan pengakuan pekerjaan nelayan untuk 32 anggotanya pada 2017. Sebelumnya, kolom pekerjaan para nelayan perempuan di KTP tertulis buruh, atau ibu rumah tangga, tapi kini berganti nama menjadi nelayan perempuan.
Namun di balik itu ada proses dan perjuangan panjang yang dilakukan Masnuah dan kelompok Puspita Bahari. Proses itu memakan waktu selama sembilan bulan lamanya. Pada saat bersamaan, mereka juga harus melewati berbagai perlawanan dari para pemangku kebijakan dari tingkat lokal hingga provinsi untuk perubahan identitas profesi.
"Cemoohan hingga cibiran pun kerap diterima oleh anggota Puspita Bahari termasuk para nelayan perempuan yang salah satunya dianggap melawan kodrat. Perlakuan tersebut membuat para nelayan perempuan lainnya menjadi tidak semangat untuk melaut. Padahal, perempuan punya andil sebagai tulang punggung yang menambah penghasilan keluarga," jelasnya.
Setelah identitas nelayan perempuan diakui, pihaknya bersama kelompok Puspita Bahari harus kembali memperjuangkan kartu asuransi nelayan.
"Ditambah, 2 tahun lagi kami masih mengadvokasi kartu asuransi nelayan, yang seharusnya sama diberikan oleh perempuan ini, baru akhir 2019 bu Susi sendiri yang menyerahkan kartu asuransi itu terhadap 32 orang perempuan nelayan, dan itu pertama kalinya di Indonesia, jumlah terbanyak pengakuan identitas itu, baru pertama kalinya di Demak," ungkap Masnuah.
Diketahui, kini Puspita Bahari memiliki anggota lebih dari 100 orang. Semua anggota tersebut tersebar di tiga desa, yakni Desa Morodemak, Desa Purworejo, dan Margolinduk. Puspita Bahari juga mulai dipercaya menyalurkan bantuan, baik dari pihak swasta maupun bank BUMN salah satunya BRI.
Pemimpin BRI Cabang Demak Muhammad Nizar menilai Masnuah merupakan tokoh masyarakat Puspita Bahari yang terkenal di lingkungan pesisir Demak. Dia tidak hanya mengadvokasikan kepentingan perempuan tapi juga memperkuat ekonomi para perempuan pesisir Demak.
"Kita menilai dia itu local heroes yang bisa bantu komunitas nelayannya di Demak. Jadi tidak hanya sekedar dapat ikan kemudian dijual, tapi mereka olah lagi. Itu keren, apalagi perempuan. Biasanya perempuan kan tidak mau tapi mereka berani," ungkap Nizar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
Simak juga 'Kriteria Kota Aman untuk Perempuan Versi UN Women':