Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menjelaskan soal genom virus Corona B117. Eijkman mengatakan varian Corona asal Inggris ini berpotensi akan mempengaruhi sensitivitas dari tes polymerase chain reaction (PCR).
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, awalnya memaparkan fenomena mutasi virus. Dari mutasi itu, Amin menilai tingkat keganasan mutasi dari virus itu ada pada kisaran 4%.
"Jadi virus ini di mana pun dia berada kalau dia sempat bertambah banyak dia akan mengalami mutasi secara acak. Dari sekian banyak mutasi sebetulnya hanya 4% yang menyebabkan virus itu jadi lebih berbahaya, artinya mengalami perubahan yang signifikan. Sebagian besar akan menyebabkan bahkan kematian virus itu sendiri atau tambah lemah atau tidak terjadi apa-apa. Yang menyebabkan keganasan dan sebagainya itu hanya 4% dari mutasi-mutasi," kata Amin melalui siaran YouTube BNPB, Jumat (12/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Virus Corona B117 ini, kata Amin, memang menular lebih cepat. Kecepatan penularan ini akan menyebabkan angka reproduksi Corona meningkat.
"Nah, virus B117 ini mengalami beberapa mutasi sehingga dia memiliki salah satu karakteristik yang signifikan adalah bisa menginfeksi manusia dengan kecepatan lebih tinggi, tadi sudah disebutkan 40-70%. Tapi juga karena dia menginfeksi lebih cepat dikhawatirkan dia menular lebih cepat atau bisa menularkan ke lebih banyak orang, berarti yang kita khawatirkan dia akan meningkatkan angka reproduksi. Kita harapkan angka reproduksi itu di bawah satu supaya tidak ada penularan, tapi kalau virusnya menjadi lebih cepat menular, bisa lebih dari 3, itu yang kita khawatirkan," katanya.
Lebih lanjut, Amin mengatakan perubahan gen pada Corona B117 ini dikhawatirkan akan mempengaruhi diagnosis molekuler. Dia menyebut sensitivitas tes PCR berpotensi menurun.
"Tentu ada sifat lain, karena ada perubahan di dalam gennya, maka dikhawatirkan diagnosis molekuler, yaitu PCR, itu juga akan terganggu, jadi akan menurun sensitivitasnya, itu yang kita khawatirkan dengan PCR tidak terdeteksi, jadi negatif, tapi itu masih belum dianggap perlu untuk mengubah PCR-nya. Dikhawatirkan memang ada penurunan, tapi penurunannya belum signifikan, jadi belum dianggap perlu untuk mengubah PCR-nya," jelasnya.
Selain itu, Corona B117 ini berpotensi tidak dikenali oleh antibodi yang telah terbentuk oleh vaksin COVID-19. Namun, sejauh ini, berdasarkan penelitian, Amin menyebut vaksin COVID-19 masih efektif untuk mencegah penularan Corona B117.
"Berikutnya karena perubahan itu dia mungkin menyebabkan antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi tidak lagi mengenali si virus karena ada perubahan struktur sehingga antibodi tidak mengenali. Jadi dikhawatirkan lagi bahwa virus ini nanti tidak bisa dinetralisasi oleh si antibodi setelah vaksinasi. Tapi sekali lagi ini sudah dicoba oleh beberapa perusahaan vaksin besar ini belum secara signifikan. Jadi vaksin-vaksin yang sekarang beredar itu dianggap masih efektif untuk varian ini," kata dia.