Sering dalam masyarakat menyebutkan arti pemimpin dan manajer seakan sama. Padahal esensinya ada perbedaan. Manajemen merupakan suatu proses pencapaian tujuan dari suatu organisasi dengan melibatkan orang-orang. Oleh karena itu seorang manajer adalah pelaksana puncak dari proses manajemen, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasinya (bisa menyangkut bisnis, sosial, militer dan lainnya).
Kepemimpinan terjadi tanpa melewati jalur-jalur birokrasi, dan ketika seseorang bisa mempengaruhi orang-orang untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu, kepemimpinan bisa berlaku dimana dan kapan saja.
Kedua ilmu kepemimpinan dan manajemen, dapat dipelajari di sekolah-sekolah atau perkuliahan. Pemimpin yang tidak dibatasi oleh birokrasi itu akan dipengaruhi muatan-muatan pribadi pelakunya. Hal ini yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu kepemimpinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendiang M. Natsir pada tahun 1989 pernah mengatakan bahwa, "Pemimpin itu dilahirkan bukan dicetak. "adapun manajer bisa dicetak lewat perkuliahan dan latihan-latihan. Pemimpin yang berhasil, tentu dipengaruhi muatan pribadinya. Ini yang tidak bisa dicetak, karena muatan tersebut bawaan dari nasabnya. Apakah keberhasilan seorang pemimpin yang buta huruf karena belajar materi kepemimpinan?, tentu jawabannya, " tidak."
Dikisahkan pada suatu hari di tahun 606 M. Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as, sudah reyot dan terdampak banjir yang melanda sekitar Ka'bah. Maka masyarakatpun berkumpul bergotong royong memperbaikinya, dan semula rukun-rukun saja. Ketika hampir selesai pengerjaannya, muncul masalah untuk meletakkan Hajar Aswad.
Siapakah yang mendapat kehormatan untuk meletakkan kembali Hajar Aswad? Semua kepala suku berebutan merasa berhak, dan saling adu mulut yang hampir terjadi pertengkaran. Untunglah seseorang bijak tampil kedepan dan memberi solusi, "Siapa yang lebih dulu datang, dialah yang berhak meletakkan batu hitam ini." Semuanya yang hadir, termasuk yang hampir bertengkar menyatakan setuju.
Kemujuran diraih seorang muda usia 35 tahun, tampan dan berkulit putih. Ia dikenal sebagi pemuda yang jujur dan bermoral tinggi. Namun seorang pemuda itu tak hendak meletakkan batu hitam sendirian, dia memperhatikan suara arus bawah, suara orang banyak.
Maka pemuda itu melepas sorbannya dan digelar di tanah, kemudian batu hitam tersebut diletakkan di atasnya. Lalu, semua kepala suku diminta berkumpul. "Sekarang kita angkat sorban ini," kata pemuda tampan tersebut.
Semuanya pun setuju tanpa kecuali. Ketika tiba saatnya batu hitam itu diletakkan tempat asalnya, maka pemuda tampan itulah yang mengambil dan meletakkannya. Semua orang merasa lega, puas dan tanpa meninggalkan goresan kebencian. Pemuda tampan itu tidak lain adalah Muhammad saw.
Hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut ?
1. Tidak mementingkan diri sendiri, mengajak para kepala suku ikut berpartisipasi mengangkat batu Hajar Aswad.
2. Menyatukan semua kelompok yang ada, tidak mementingkan suatu suku atau kelompok.
3. Pemuda tersebut berbuat dengan landasan kedamaian dan kebersamaan, menggugurkan individualisme dan kelompokisme. Dari point 1 sampai 3 akan menjadi landasan utama dalam memimpin Negara Baru di Madinah.
Makin jelas bahwa keberhasilan seorang pemimpin didorong oleh muatan pribadi seperti berakhlak mulia, sederhana, lebih mementingkan kebersamaan dan dapat dipercaya ( amanah ). Mari kita simak syair dibawah ini ( syair ini ditulis terinspirasi dari pernyataan Washington Irving pada thn 1783-1859 ) :
Engkau gemar berpuasa, dan tidak menuruti nafsu bermewahan
Kau makan dengan sederhana, bebas dari minuman keras
Sikapmu adil, pada yang kaya, miskin, lemah, kuat, kawan atau asing
Mendengarkan keluhan rakyat jelata, dengan kebaikan hati
Mereka sangat mencintaimu
Kehebatanmu dalam banyak peperangan tidak melenakan untuk berbangga
Ketika kekuasaan besar dlm genggaman, kau tetap sederhana seperti saat sengsara
Kau tak suka penghormatan berlebih
Beda dengan raja-raja yang penuh diberi penghormatan.
Siapakah Dia ?.......
Kepemimpinan adalah amanah. Oleh karena itu dalam sistem yang Islami, seseorang tidak boleh menuntut suatu jabatan. Pesan Rasulullah pada Abdurrahman bin Samurah," Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya, jika diberi jabatan karena ambisimu, maka engkau akan menanggung seluruh bebanmu. Tapi, jika diberi amanah tanpa ambisimu, maka engkau akan ditolong untuk mengatasinya." ( Riwayat : Bukhari dan Muslim ).
Semoga kisah tersebut di atas menginspirasi para Pemimpin negeri ini dari semua tingkatan. Karena peran seorang Pemimpin akan menentukan masa depan.
Aunur Rofiq
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
Sekjen DPP PPP 2014-2016
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--
(erd/erd)