Marakanya kaum milenial yang hobi nongkrong kini dibarengi dengan menjamurnya berbagai minuman kekinian seperti kopi hingga boba yang beraneka rasa. Lalu apa kabar dengan minuman tradisional? Di tengah hiruk pikuk minuman kekinian, cendol dawet sagu khas Lasah masih eksis.
Rasa original dan tanpa pengawet masih menjadi daya tarik yang dijual para pedagang di Dusun Lasah, Desa Tawangargo, Kabupaten Malang. Trisunu (73) kakek yang sudah berjualan cendol dawet sagu khas Lasah sudah berjualan 1970-an sama sekali merasa tak khawatir suatu saat minuman yang telah dibuatnya selama berpuluh tahun akan hilang.
"Kalau saya sebisa mungkin memasaknya yang baik sehingga rasanya tetap enak dan pakaian yang dikenakan saat berjualan harus bersih. Ketika semuanya bersih tentunya pembeli akan semakin suka," katanya dengan bahasa Jawa halus kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Apalagi, kini produk sagu dawet anaknya, Supendi, sudah masuk ke kafe-kafe sehingga memperluas pasar cendol dawet sagu khas Lasah khususnya anak muda. Dia pun mempersilakan siapapun untuk memodifikasi resep originalnya tapi tetap harus tanpa pengawet,
"sudah ada anak saya Supendi yang berjualan di Kafe Sawah. Selama ini cuma melayani pesanan es dawet sagu untuk acara pernikahan dan hajatan lain," sambungnya.
Trisunu pun senang ketika dia tahu kini para penjual cendol dawet sudah tahu cara pengemasan mirip dengan minuman kekinian sehingga lebih higienis dan menarik. Diketahui pelatihan ini menjadi bagian dari program CSR Bank BRI untuk kelompok pedagang cendol dawet di dusun Lasah.
![]() |
Kepala Unit Bank BRI Karangploso, Pramono Hadi Putro, yang memberikan pelatihan ini berharap pengemasan ini membuat cendol dawet bisa naik kelas dan dilirik kalangan yang lebih luas.
"Adapun BRI untuk memajukan klaster tersebut kita mengadakan pelatihan untuk pembuatan cendol dawet yang higienis, pembuatan kemasan yang menarik, sehingga meningkatkan omzet pendapatan mereka," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Malang. Pantjaningsih Sri Rejeki mengapresiasi BRI yang telah membantu para pedagang cendol dawet sagu di Dusun Lasah. Dengan demikian, diharapkan minuman tradisional bisa naik kelas.
![]() |
"Saya berterima kasih pada BRI yang bisa membantu para pelaku usaha yang berkecimpung di cendol dawet bagaimana diangkat agar punya nilai cita rasa tinggi, juga ada nilai estetika tampilan untuk menyajikan ini bagus dalam hal kemasan, juga cendol dawet ini bisa dibawa pulang ndak harus dimakan di tempat, bagaimana packaging-nya. Saya berharap pada BRI untuk bisa membantu angkat pelaku usaha mikro terutama pembuat cendol dawet ini agar cendol dawet bisa tetap jadi minuman yang tak lekang karena zaman," imbuh dia.
Kisah cendol dawet sagu khas Lasah ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program ini mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
Simak juga ''Gelang Putih', Lagu Rindu Sang Anak untuk Didi Kempot':