Keris, Senjata atau Aksesori?

Keris, Senjata atau Aksesori?

Jihaan Khoirunnisaa - detikNews
Kamis, 04 Mar 2021 12:20 WIB
Keris
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Bantul -

Keris merupakan pusaka Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Bentuk yang khas membuat keris mudah dibedakan dengan senjata pusaka dari daerah lainnya, yakni memiliki ujung yang lancip dan tajam kemudian semakin lebar ke arah pangkal. Dahulu keris dikenal sebagai senjata tokoh kerajaan, namun saat ini banyak yang menggunakan keris sebagai aksesori busana adat Jawa.

Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto Heru Prabowo mengatakan, awalnya keris memang digunakan sebagai senjata. Namun seiring perkembangan zaman, saat ini keris telah menjadi pelengkap pakaian daerah khas Yogyakarta yang biasanya digunakan oleh pegawai pemerintahan setiap hari Kamis pahing.

"Karena dalam rangka menggunakan pakaian daerah keris itu menjadi piranti yang harus ada. Sehingga kebetulan Yogya juga diangkat keistimewaannya setiap ASN pada kamis pahing harus pakai pakaian daerah," tuturnya kepada detikcom baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya sebatas aksesori, masih ada masyarakat yang menjadikan keris sebagai benda koleksi. Umumnya para kolektor keris lebih menyukai keris lama dengan pamor karena punya unsur magis. Menurutnya, keris jenis ini dihargai lebih mahal, mengingat proses pembuatannya yang masih memakai ritual khusus.

"Masih ada yang pakai ritual tapi terbatas. Biasanya kolektor lebih suka keris-keris yang buatan lama. Itu biasanya pesanan dan harganya lebih mahal karena dibuatnya harus pakai meditasi atau ritual khusus," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Tetapi kalau penggemar khusus itu orang itu senang keris yang ada pamornya dan pamor biasanya ada isinya. Ini memang jadi hal yang tidak bisa dihindari terlepas dari yang mistis dan supranatural," imbuhnya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Aladin (52) perajin keris asal Banyusumurop, Yogyakarta. Dia menambahkan, keris sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya keris dibuat sebagai senjata tikam, seperti belati. Keris digunakan oleh Kerajaan Singasari untuk berperang melawan kerajaan lain, sekaligus menjadi alat membela diri dari serangan musuh.

Dijelaskan Aladin, kala itu keris masih berupa bethok dengan bentuk yang cenderung kaku dan belum sempurna. Barulah di masa kerajaan Majapahit, keris mendapat sentuhan seni yang membuat tampilannya terlihat lebih indah.

KerisKeris Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

"Setelah Singosari runtuh baru ada seni yang diteruskan Majapahit. Sehingga awal pembuatan keris yang sempurna dari Majapahit. Kalau dari Singasari belum indah, belum sempurna," ujarnya.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman terdapat pergeseran fungsi keris. Yang semula dijadikan senjata, kini menjadi aksesori dan cenderamata. Pasalnya, menurut Aladin masyarakat saat ini lebih melihat keris dari segi keindahan dan motif pamornya.

"Sampai sekarang, pelestarian keris itu bukan dari senjata, tapi dari (segi) keindahan serta motif pamor-pamor yang ada di keris. Sehingga untuk dapat dijadikan aksesori atau cenderamata," tuturnya.

"Itu kawula muda sekarang nilai seninya yang diambil. Seninya juga bagus, ya harganya mahal. Kalau kurang bagus ya nggak mahal. Tinggal hasil akhir kerisnya ini," ujarnya.

Sampai saat ini permintaan keris tetap ramai. Ia mengaku bisa menjual ratusan keris dalam sebulan, baik keris rias maupun keris halus. Dari penjualan tersebut, ia bisa meraup keuntungan hingga Rp 10 juta per minggu.

KerisKeris Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

"Kita kategorikan kalau keris. Untuk rias kita bisa 200, 300 (buah) per bulan. Nanti yang agak halus sekitar 50 sampai 60 biji per bulan. Nanti yang (lebih) halus lagi kadang 10 biji," tuturnya.

Meski begitu, ia juga tidak menampik dampak dari pandemi Corona terhadap geliat usaha kerajinan keris miliknya. Dirinya menyebut, situasi pandemi berimbas pada penurunan omzet hingga lebih dari 80 persen. Walau perlahan sudah mulai membaik.

"Pandemi nggak ada yang laku untuk manten. (Penurunannya) bisa 80 persen," pungkasnya.

Layaknya sektor usaha yang lain, bisnis kerajinan keris Aladin tidak selalu berjalan mulus. Oleh karena itu, ia juga dibantu oleh pinjaman modal dari BRI untuk mengembangkan usaha yang telah lama dirintisnya.

"(Tahun) 96 itu saya pinjam bank. Setelah SMA terus saya menekuni ini. Mulai pinjam bank aja (untuk) modal. Dulu Rp 5 juta," tuturnya

"Kita mengajukan lagi, buat nambah. Kalau nggak gitu nggak maju," tambahnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.




(prf/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads