Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bengkalis, Riau. Sudah 11 hari kebakaran lahan yang menjadi paru-paru dunia itu belum padam.
"Lokasi kebakaran di Giam Siak Kecil (GSK) dan merupakan Suaka Margasatwa. Lokasi tepat di Desa Bagan Boneo," terang Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono kepada wartawan, Rabu (3/3/2021).
Menurut Haryono, lokasi kebakaran berada jauh dari sumber air. Hal ini menjadi salah satu kendala sulitnya pemadaman petugas di lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akses jalan cukup jauh, sehingga menjadi kendala tersendiri. Termasuk memobilisasi perlengkapan selama proses penanganan dan ketersediaan air. Air dari titik kebakaran cukup jauh, ini sudah hari ke-11 kita berada di sana," kata Haryono.
Kondisi lahan gambut setebal 2 meter juga menyulitkan pemadaman. Belum lagi, lahan gambut di lokasi sudah 2 pekan lebih tidak pernah diguyur hujan dan air sudah surut.
"Tanah di sana gambut. Kalau hujan, itu bisa terendam dan kemarau 1-2 minggu sangat-sangat kering. Pemantik kecil saja, itu bisa menjadi pemantik yang susah dikendalikan tim di lapangan," katanya.
"Kami yakni alam tidak mengeluarkan api dengan sendirinya. Sudah jelas perbuatan manusia. Tinggal ini manusia siapa yang memantik timbulnya api. Ini sedang kami tindak lanjuti karena terjadi beberapa spot berkaitan. Jadi antara spot 1, 2, dan 3 itu berkaitan, yang kemudian jadi sangat luas," katanya.
Proses penanganan sampai saat ini masih terus berlangsung. Tim BBKSDA dibantu masyarakat peduli api dan pihak perusahaan swasta, termasuk TNI dan Polri, masih berjibaku di lokasi.
"Khusus di GSK, kami bekerja bersama masyarakat peduli api yang kita bina dan rekan-rekan balai atau resor. Ada juga dukungan TNI-Polri, tapi di luar kawasan karena terjadi kebakaran yang cukup sporadis juga," katanya.
Diketahui, Giam Siak Kecil adalah cagar biosfer yang lokasinya berdampingan dengan Bukit Batu. Keduanya merupakan lahan gambut raksasa yang terletak di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak.
Luas kedua hamparan itu mencapai 705.271 hektare. Cagar biosfer ini dideklarasikan UNESCO dalam Man and the Biosphere (MAB) Programme guna mendukung industri kayu berkelanjutan.
(ras/knv)