Satgas COVID-19 memberikan sejumlah catatan terkait pandemi COVID-19 yang sudah melanda Indonesia selama satu tahun. Satgas COVID-19 menyatakan ada implikasi kematian di setiap libur panjang saat pandemi.
Hal itu disampaikan juru bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers yang disiarkan akun YouTube BNPB, Selasa (2/3/2021). Wiku awalnya memaparkan perkembangan kasus COVID-19 setiap bulan.
"Seperti yang tampak pada grafik bahawa selama periode Maret sampai Januari 2021 kasus positif mengalami tren peningkatan kemudian menurun pada bulan Februari 2021. Meskipun mengalami tren peningkatan, namun jumlah peningkatannya bervariasi setiap bulannya," kata Wiku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wiku menjelaskan, pada 4 bulan pertama, kasus COVID-19 di Indonesia cenderung meningkat tajam. Pemerintah pun saat itu langsung menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Pada bulan Juli menuju Agustus tahun 2020, penambahan kasus COVID-19 sempat mengalami penurunan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya namun sayangnya pada bulan September mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 42,3 persen atau 45.895 kasus yang dikontribusikan dari libur panjang pada tanggal 15 sampai 17 dan 20 sampai 23 Agustus 2020," ujar Wiku.
Kasus COVID-19 di Indonesia kemudian cenderung melandai pada Oktober dan November. Namun peningkatan kasus kembali terjadi pada Desember 2020 dan Januari 2021 seiring dengan libur panjang Natal dan tahun baru 2021.
"Tentunya dengan melihat tren kenaikan kasus yang diiringi event libur panjang sudah sepatutnya kita senantiasa berkaca dan belajar dari pengalaman selama 10 bulan yang lalu agar tidak mengulanginya di masa yang akan datang," Wiku.
Wiku lantas mengatakan bahwa ada implikasi kematian yang meningkat dalam setiap libur panjang. Pada bulan dengan libur panjang, kasus kematian COVID-19 bisa mencapai 2.000 orang.
"Ini yang paling penting untuk dicatat bahwa ada implikasi kematian pada setiap event libur panjang yang terjadi sepanjang setahun ke belakang. Di bulan-bulan tanpa libur panjang jumlah orang yang meninggal akibat COVID-19 adalah 50 sampai 900 orang. Sedangkan di bulan-bulan libur panjang jumlah orang yang meninggal meningkat tajam menjadi 1.000 sampai 2.000 orang," ujar Wiku.
"Data menunjukkan bahwa keputusan kolektif untuk tetap libur panjang saat pandemi adalah keputusan yang tidak bijak karena secara berlangsung berdampak langsung pada jumlah orang yang meninggal. Bayangkan dalam satu bulan kita bisa kehilangan lebih dari 1.000 nyawanya karena memilih untuk melakukan perjalanan dan berlibur," sambung dia.
Lihat juga Video: Kilas Balik Setahun COVID-19 di Tanah Air
(knv/idn)