Sebanyak 1,7 juta orang telah menerima vaksin Corona tahap pertama hingga kini. Satgas COVID-19 mendukung rencana Kemenristek melakukan riset terkait antibodi COVID-19 warga yang telah mendapatkan vaksin.
Hal tersebut disampaikan Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo, dalam YouTube Kemenristek/BRIN. Doni menyebut hingga saat ini sebanyak 1,7 juta orang menerima vaksin Corona dosis pertama, kemudian sekitar 1 juta orang menerima vaksin dosis kedua.
Akan tetapi, perlu diketahui efektifitas vaksin tersebut karena diketahui efikasi vaksin Corona saat ini masih sekitar 65 persen. Dengan demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait antibodi COVID-19 pada warga yang telah divaksinasi Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlu kita pahami bahwa vaksin ini memiliki efikasi yang belum mencapai 100 persen, masih 65 persen. Artinya kalau ada 1 juta orang yang divaksin, maka sekitar 350 ribu orang yang mungkin kemampuan dirinya atau imunitas dirinya atau antibodi dirinya itu belum mampu menghadapi COVID-19 sehingga apa yang sudah dijadikan rencana oleh Bapak Menteri untuk melakukan riset dan inovasi agar diketahui antibodi seseorang ini sangat penting, kami dari Satgas sangat mendukung rencana tersebut," ujar Doni.
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama Kemenristek/BRIN bisa menghasilkan alat yang mudah digunakan dan tentunya ini sangat baik untuk mengukur kemampuan bangsa kita untuk menuju herd immunity," sambungnya.
Selanjutnya, Doni juga berharap PPKM mikro dilaksanakan dengan ketat oleh perangkat desa/kelurahan maupun RT dan RW. Ia mengatakan, jika semakin banyak RT yang berada di zona hijau, diharapkan pada 17 Agustus pandemi COVID-19 makin terkendali.
"Desa dan kelurahan ini harus mengedepankan pendekatan penanganan lewat RT dan RW, kalau kepemimpinan di tingkat RT dan RW ini baik, maka akan lebih banyak lagi RT RT yang zonanya hijau, kalau RT zona hijau, RW hijau desa dan kelurahan hijau dan ditarik ke atas semuanya bersama-sama mengendalikan mudah-mudahan pada ulang tahun perayaan kemerdekaan bangsa kita bisa mengendalikan COVID ini dengan lebih baik, mengurangi angka terpapar COVID-19 dan mengurangi angka kematian," kata Doni.
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengungkap target riset tahun 2021. Bambang mengatakan penanganan COVID-19 menjadi program prioritas seperti pengembangan alat untuk mengukur antibodi, ventilator Intensive Care Unit (ICU), hingga alat tes Corona yang mendekati PCR.
"Pada tahun 2021 ini, dengan tetap berfokus pada prioritas riset dan inovasi nasional berupaya maksimal berkontribusi pada penanganan COVID-19 beberapa rencana untuk tahun ini," kata Bambang Brodjonegoro dalam Rapat Koordinasi Riset dan Inovasi Nasional Tahun 2021 yang disiarkan melalui YouTube Kemenristek/BRIN, Kamis (28/1).
"Pertama, pengujian molekuler atau genomic surveillance yang lebih luas untuk berbagai varian virus COVID-19 yang beredar di Indonesia salah satunya dengan pendekatan whole genom sequencing," sambungnya.
Bambang mengatakan pemerintah juga akan mengembangkan tes Corona yang akurasinya mendekati PCR. Tes ini akan dilakukan dengan menguji sampel air liur.
Program ketiga yang akan dilakukan Kemenristek adalah pengembangan alat untuk mengukur antibodi COVID-19. Alat ini akan mengukur kekebalan tubuh warga yang sudah divaksinasi.
"Berikutnya adalah pengembangan mengukur antibodi COVID-19 dengan cara mudah, murah dan cepat. Diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi tentang tingkat antibodi hasil vaksinasi dan juga tingkat kekebalan kelompok atau herd immunity. Untuk bagian ini, intinya kami siap untuk mensukseskan program vaksinasi di mana salah satu indikator keberhasilan vaksinasi adalah munculnya antibodi," kata Bambang.
Simak video 'Kemenristek Tengah Kembangkan Alat Pengukur Antibodi':