Jamu merupakan minuman tradisional khas Indonesia. Beragam rempah dan tanaman yang ada diracik menjadi ramuan yang kaya akan khasiat untuk kesehatan, mulai dari jahe, kunyit, temulawak, kencur, hingga kayu manis.
Tidak ketinggalan berbagai bahan pelengkap untuk menambah rasa segar atau manis, seperti gula jawa, asam, dan jeruk nipis. Jamu memang sudah identik dengan tradisi Jawa. Namun ternyata, setiap daerah di Jawa punya jamu yang berbeda-beda, tergantung dari jenis tanaman herbal yang tumbuh di sana.
Tidak hanya jenisnya, setiap daerah pun memiliki cara tersendiri untuk menikmati kesegaran ramuan tradisional ini. Seperti halnya di Dusun Kiringan, Canden, Bantul, jamu dihidangkan dalam sebuah tempurung atau batok kelapa, bukan menggunakan plastik ataupun gelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Murjiwati (50), salah seorang penjual jamu gendong mengatakan meminum jamu dengan batok kelapa telah dilakukan turun-temurun sejak zaman nenek moyang dan sudah menjadi tradisi di Dusun Kiringan.
" Sejak pertama kali di Kiringan itu kalau minum jamu pakai batok. Sejak nenek moyang dulu tahun 50 an, sampai sekarang pakai batok. Itu memang cuma di dusun kami, lain-lainnya nggak ada yang pakai batok. Sudah tradisi di Dusun Kiringan, Canden," katanya kepada tim detikcom beberapa waktu lalu.
Menurutnya, batok kelapa membuat jamu terasa lebih enak ketimbang pakai gelas kaca. Karena pada batok diyakini terdapat zat kalium, sehingga jamu jadi lebih nikmat dan segar saat diminum.
Diungkapkan Murjiwati, dirinya pernah beralih dari batok kelapa menjadi gelas sekali pakai. Namun, pembeli justru meminta agar menggunakan batok saja.
"Pernah pakai gelas selama 4 bulan, katanya yang minum gini, aku pakai batok aja kalau (minum) pakai gelas nggak enak. (Pembeli) kalau dikasih gelas minumnya nggak habis," tuturnya.
![]() |
" Semakin hitam batoknya, bagus. Hitam alami kan setiap hari dipakai Dicuci setiap hari malah semakin bagus batoknya itu," tambahnya.Lebih lanjut ia menjelaskan, semakin lama batok digunakan maka semakin bagus batok dan semakin segar rasa jamunya.
Di sisi lain, Alimah (33) yang merupakan pembeli jamu membenarkan hal tersebut. Alimah menilai jamu yang disajikan dengan batok dan jamu yang menggunakan gelas memiliki rasa berbeda.
"Ya beda, enakan yang asli batok. Rasanya lebih manteb pakai batok. Kalau pakai gelas rasanya kurang manteb. Enak pakai batok daripada gelas. Keliatannya seger gitu, kalau pakai gelas biasa aja. Beli (jamu) di mana-mana (di Canden) pakai batok," tuturnya.
Tidak hanya Alimah, Tiara (18) dan Diah (22) yang juga rutin membeli jamu merasakan hal yang sama. Menurut mereka, rasa jamu dalam batok lebih segar daripada jamu dalam gelas. Bahkan, Tiara menyebut jamu yang diminum menggunakan gelas terasa lebih pahit.
"Beda sih, rasanya segar aja kalau di batok tuh, segar. Kalau digelas tuh rasanya udah gimana gitu, lebih pahit menurut saya," kata Tiara.
Sebagai informasi, jamu di Kiringan juga masuk dalam klaster UMKM yang dibina oleh Bank BRI. Manager Bisnis Mikro BRI Bantul Joko Wahyudiarto mengatakan pihaknya telah melakukan pembinaan terhadap pelaku UMKM yang ada di Bantul, termasuk UMKM jamu gendong di Dusun Kiringan. Khususnya selama pandemi COVID-19 agar para pelaku usaha bisa bangkit, meski perekonomian nasional belum sepenuhnya pulih.
"BRI juga bisa memberikan motivasi di tengah kondisi saat ini, khususnya bagi UMKM. Pemulihan UMKM juga bisa diatasi dengan peran mantri sebagai konsultan sehingga bagaimana bisnis yang ada terpuruk dapat bangkit lagi," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(mul/ega)