Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan positivity rate Corona di Indonesia masih abnormal. Pihaknya mengantongi 3 dugaan awal.
"Kapan (pandemi) ini akan selesai dan kenapa positivity rate kita tinggi? Buat saya, sekarang masih terlalu dini untuk saya mengambil kesimpulan. Mengapa? Data positivity rate kita ini abnormal, tinggi sekali, sehingga ada tiga hipotesa yang kita cek dan perbaiki dulu," kata Menkes BGS dalam konferensi pers di saluran YouTube Kemenkes, Rabu (17/2/2021).
Tiga hipotesis awal yang mempengaruhi positivity rate Corona adalah:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Jumlah orang yang diperiksa yang bergantung kepada kapasitas pemeriksaan
2. Target orang yang diperiksa yang bergantung prioritas pemeriksaan
3. Pelaporan hasil lab
"Kami amati bahwa banyak data mengenai hasil tes PCR, kalau sifatnya negatif belum dikirim ke pusat sehingga data yang kami terima, data yang positif. Mengapa data negatif tidak dimasukkan? setelah kami cek di rumah sakit dan beberapa laboratorium, karena jumlah datanya demikian banyak dan juga user interface, cara memasukkan ke sistem aplikasi masih rumit, itu mengakibatkan banyak lab yang memasukkan data yang positif dulu, sehingga data yang negatif belum dimasukkan," kata BGS.
BGS juga mengungkapkan masih banyaknya laboratorium PCR yang belum disiplin memasukkan data jumlah tes COVID-19. Untuk itu, Kemenkes akan berkomunikasi dengan laboratorium tersebut.
"Kami lihat banyak lab yang belum konsisten memasukkan laporannya. Itu hipotesa ke-3. Kita lebih komunikasi dengan lab PCR di seluruh Indonesia untuk memastikan agar mereka disiplin dan memasukkan data yang lengkap dan on time. Dengan demikian, kita bisa melihat data positivity rate yang sebenarnya sehingga kita bisa mengambil keputusan kebijakan yang tepat," ujar BGS.
BGS menambahkan, peningkatan positivity rate Corona terjadi karena memang jumlah tes yang berkurang akibat libur Imlek. Namun, ia membantah tingginya positivity rate ini pertanda adanya tren kenaikan kasus COVID-19.
"Kami double check dengan data yang ada di rumah sakit. Untuk memastikan apakah penurunan kasus konfirmasi benar-benar terjadi atau karena memang jumlah tesnya yang turun karena kebetulan empat hari terakhir banyak orang libur," katanya.
Lalu, apa saja langkah pemerintah menurunkan positivity rate Corona?
Simak video 'Waspada! Positivity Rate Corona di Indonesia Meningkat Jadi 18,1%':
Dalam slide yang ditampilkan, berikut strategi yang akan dilakukan:
1. Meningkatkan jumlah pemeriksaan
- Menggunakan rapid antigen untuk pelacakan kontak dan diagnosis
- Scalling up akses dan waktu tunggu pemeriksaan NAAT
2. Memperluas cakupan target pemeriksaan
- Mewajibkan semua kontak erat dan suspek untuk diperiksa
3. Meningkatkan pelaporan hasil lab
- Meningkatkan reliabilitas dan inerkonektivitas informasi COVID-19
- Mendorong kepatuhan input data
Di samping itu, pemerintah akan memasukkan hasil rapid test antigen ke dalam laporan harian COVID-19. Yang dimasukkan ke dalam laporan jika hasilnya reaktif COVID-19.
"Memang di aplikasi awal, kita hanya bisa menampung tes PCR, tetapi karena Keputusan Menteri Kesehatan di awal minggu lalu, tes antigen kalau itu positif untuk suspek, bisa kita masukkan sebagai konfirmasi positif. Sekarang sistem sudah disiapkan, sedang dites, diharapkan minggu selesai sehingga antigen bisa masuk ke laporan harian kita," jelas BGS.