Penggunaan platform digital dan inovasi berbasis data menjadi 'senjata' baru bagi sebagian kecil peternak rakyat di Kabupaten Blitar. Pasalnya, platform tersebut memudahkan pelaku usaha yang bergerak di sektor perunggasan ini melakukan penjualan telur.
Salah satunya dirasakan oleh Peternak Ayam Layer asal Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Kurniawan Unggul Pambudi (30). Dia mengungkapkan aplikasi yang diberi nama Pasar Mikro ini sangat mudah dipelajari dan sangat membantu peternak milenial sepertinya dalam melakukan proses transaksi dan pencatatan.
"Semua sudah tersistem di HP masing-masing. Termasuk pembukuan, check-in awal, belanja, jual telur, tidak perlu lagi dengan menggunakan lembaran-lembaran buku yang banyak. Mungkin bagi orang sepuh mungkin agak sedikit terhambat, namun ini mudah untuk dipelajari," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun menuturkan salah satu kelebihan dari aplikasi Pasar Mikro ini juga adalah pihaknya bisa menentukan harga dan melakukan bidding atau penawaran awal kepada stakeholder terkait. Terlebih, dalam setiap deal transaksi penjualan telur tersebut ada dana talangan dari Bank sehingga dirinya tidak khawatir tidak terbayar.
"Masalah jual telur di situ ada pasar tertutup dan terbuka, harga jual bisa sesuai dengan yang kita inginkan. Ada sistem talangan dari BRI, jadi tidak khawatir uang tidak terbayar. Ketika telur dikonfirmasi sudah diambil, maka uang langsung masuk ke aplikasi, kemudian ke rekening BRI kurang lebih 2 hari," jelasnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Kristina Sari Noviantri Ningtyas Peternak sekaligus Pedagang Telur di Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar. Menurutnya, aplikasi ini memudahkannya dalam mengelola data keuangan, penjualan telur hingga pembelian barang peternak yang tadinya manual melalui pesan instan.
"Begitu barang diambil, begitu barang deal dengan saya, jumlahnya diketahui, besoknya uang bisa langsung masuk. Jadi di sini memangkas tiga pekerjaan, satu konfirmasi mengenai transfer, dua jalan saya ke bank, tiga pencatatan keuangan. Jadi semuanya itu sudah terangkum di aplikasi," terang Novi.
Dia pun berharap ke depannya aplikasi ini bisa terhubung ke banyak stakeholder seperti pedagang ataupun konsumen. Sehingga telur yang diproduksi oleh para peternak rakyat di Kabupaten Blitar bisa terserap hingga mampu menggerakkan ekonomi warga.
"Harapannya dengan adanya aplikasi (Pasar Mikro) ini, mulai dari ternak rakyat ke kami ini bisa terus tersambung. Hingga telur yang kita produksi bisa sampai ke rakyat, jadi ini untuk pemangkasan harga supaya sampai ke konsumen itu tidak terlalu banyak rantainya, sehingga harganya bisa tetap dijangkau oleh masyarakat dan peternak," jelasnya.
Sebagai informasi, aplikasi Pasar Mikro ini digagas oleh Bank BRI dan masih bersifat autopilot karena tersentral di beberapa pelaku usaha ternak ayam telur yang telah disosialisasikan pada akhir Desember 2020 lalu. Adapun, pelakunya adalah anggota Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar.
Pimpinan Cabang BRI Blitar Yulizar Verda Febrianto menambahkan aplikasi Pasar Mikro itu mengumpulkan peternak dan pembeli dalam satu wadah. Dari situ keduanya dapat melakukan bidding harga dengan proses yang lebih mudah dan mengurangi ke keosan di tengah.
"Tujuan besarnya nanti adalah kita mampu menyediakan akses pembiayaan melalui aplikasi tersebut. Jadi misalnya saya sebagai pelaku usaha yang sudah bergabung di aplikasi tersebut, transaksi keuangan saya bisa tercermin di aplikasi tersebut dan ter-record," tandas Yulizar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus berita Jelajah UMKM di sini detik.com/tag/jelajahumkmbri
(mul/mpr)