Membumikan Kejujuran dan Amanah

Kolom Hikmah

Membumikan Kejujuran dan Amanah

Aunur Rofiq - detikNews
Jumat, 12 Feb 2021 06:16 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Pembiayaan aktivitas suatu negara yang dilakukan oleh pemerintah bersumber dari pajak yang dipungut dari warga negaranya. Pembiayaan ini meliputi belanja Negara dan Pemerintahan serta untuk kepentingan umum yang dalam Anggaran Belanja Negara (APBN), berasal dari kurang lebih 80-an persen bersumber dari pajak.

Begitu pentingnya pemasukan pajak ini, namun masih ada wajib pajak yang mencari jalan agar terbebas dari pajak.

Setidaknya dapat membayar dalam jumlah yang kurang dari semestinya. Dalam upaya pengurangan tersebut tidak segan-segan memberikan 'hadiah' pada para petugas atau pejabat yang memungut pajak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal yang berbeda dalam pelaksanaan pengumpulan zakat. Karena dilandasi keimanan, maka seorang mukmin yang mengeluarkan zakat dengan hati yang ikhlas dan jujur. Bahkan ada yang bersedia memberikan lebih banyak dari yang diwajibkan, karena percaya bahwa apa yang diberikannya untuk menunaikan kewajiban kepada Allah yang kekal, dari pada yang ada di tangannya bisa lenyap dan hilang.

Dikisahkan dan pengalaman sahabat Ubay bin Ka'ab, "Aku pernah diutus oleh Rasulullah untuk mengumpulkan zakat. Aku bertemu seorang laki - laki yang akan dipungut zakat atas hartanya. Setelah dikumpulkan ternaknya dan dihitung, menurut pendapatku dia hanya berkewajiban membayar bintu makhadh (unta yang sangat muda).

ADVERTISEMENT

Kukatakan kepadanya, "Berikanlah seekor bintu makhadh, karena hanya itu zakat yang diwajibkan kepadamu." Dia menjawab, "Unta seusia itu belum mempunyai susu dan belum dapat dikendarai. Inilah seekor unta muda, besar dan gemuk. Ambillah!"

Aku menjawab, "Aku tidak akan mengambil apa yang tidak diperintahkan kepadaku. Kini Rasulullah tidak jauh dari kita. Engkau bisa menemui beliau, mengutarakan apa yang telah kau utarakan kepadaku ini. Kalau Rasulullah menyetujui tentu aku akan menerimanya. Jika sebaliknya, beliau tidak menyetujui maka akupun akan menolaknya."

Lalu pergilah mereka menemui Rasulullah. Laki-laki tersebut berkata, "Ya Rasulullah! Utusanmu telah datang kepadaku. Demi Allah, sebelum ini baik Rasulullah sendiri maupun utusannya belum pernah mengambil zakat dari hartaku. Lalu aku kumpulkan ternakku, hingga utusanmu berkata, "Kewajibanmu hanya membayar bintu makhadh."

Unta seperti itu belum mempunyai susu dan belum bisa dikendarai. Aku kemukakan kepadanya supaya dia mengambil seekor unta muda dan besar, tetapi dia tidak mau menerimanya. Dan inilah unta itu kubawa kepadamu, ya Rasulullah, ambillah."

Rasulullah menjawab, "Kewajibanmu hanya itu (bintu makhadh). Tetapi kalau berbuat kebaikan dengan suka rela, niscaya Allah akan memberi pahala kepadamu karenanya, dan kamipun menerimanya."

Lelaki itu berkata, "Inilah unta itu, ya Rasulullah! Telah kubawa kepadamu. Karena itu terimalah." Lalu Rasulullah memerintahkan kepada utusan itu untuk menerimanya dan mendo'akan keberkatan hartanya." ( Riwayat Abu Daud ).

Dari kisah tersebut di atas, nampak bahwa orang yang bertugas memungut zakat dan orang yang wajib mengeluarkan zakat sama-sama beriman. Mereka teguh memegang amanah, dan mereka takut mengkhianati Allah dan Rasulnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah sebagai berikut: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." ( QS. al-Anfal : 27 ).

Dari ayat ini jelas bahwa kadang manusia tidak jujur pada diri sendiri maupun orang lain, ada kalanya tidak jujur juga pada Allah dan Rasulnya. Kejujuran dan menelihara amanah adalah salah satu perintah Allah dan dipandang sebagai kebajikan orang beriman.

Kondisi saat ini, apakah kita mudah mendapatkan orang yang jujur dan menjaga amanah? Kadangkala kita menemukan pernyataan seperti ini, "Mencari nafkah yang haram saja susah apalagi yang halal." Apakah sudah begitu rusaknya akhlak seseorang sampai berkata begitu. Memang fakta yang terpublikasikan akhir-akhir ini seperti pejabat dan kepala daerah yang berurusan dengan KPK dan Kejaksaan.

Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib berkata, "Jauhilah orang-orang yang tidak jujur, sebab sudah pasti, ketidakjujuran merupakan salah satu dosa terburuk dan orang yang tidak jujur akan berada dalam api neraka."

Adapun kunci dari kejujuran dan menjaga amanah adalah:

1. Tahu diri, artinya tahu diri di mana dirinya berada, jika seorang karyawan tentu incomenya dari gaji bulanan. Jadi janganlah bermimpi dengan hidup yang melebihi kemampuannya, berlaku sama juga pada para pejabat.

2. Selalu mendekatkan diri pada Sang Pencipta, ini langkah paripurna untuk selalu berlaku dan bertindak sesuai tuntunan keyakinannya. Mudah-mudahan kita dalam menjalani hidup ini selalu ingat 2 perkara di atas agar selamat dunia dan akhirat.

Aunur Rofiq


Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )

Sekjen DPP PPP 2014-2016

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads