Buya Syafii Maarif: Budaya Kritis Harus Dipelihara, Tak Perlu Buzzer-buzzeran

Buya Syafii Maarif: Budaya Kritis Harus Dipelihara, Tak Perlu Buzzer-buzzeran

Ibnu Hariyanto - detikNews
Rabu, 10 Feb 2021 10:40 WIB
Tokoh Muhammadiyah yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syafii Maarif (Ristu Hanafi/detikcom)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat aktif menyampaikan masukan dan kritik terkait pelayanan publik. Pemerintah menilai kritik yang keras dan terbuka itu diperlukan agar pembangunan lebih terarah.

Ahmad Syafii Maarif menilai memang seharusnya pemerintah tetap memberi ruang bagi lawan politiknya untuk menyampaikan kritik. Namun, dalam memelihara budaya kritis itu tidak perlu ada buzzer.

"Dalam situasi yang sangat berat ini antara pemerintah dan pihak sebelah semestinya mampu membangun budaya politik yang lebih arif, saling berbagi, sekalipun sikap kritikal tetap dipelihara. Tidak perlu main 'buzzer-buzerr-an' yang bisa menambah panasnya situasi," kata pria yang akrab disapa Buya Syafii ini kepada wartawan, Rabu (10/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buya Syafii juga meminta dalam menyampaikan kritik harus dilakukan dengan cara-cara demokrasi. Selain itu, ia berharap pemerintah terbuka jika memang melakukan kekeliruan.

"Pihak pemerintah sebagai pengendali kekuasaan juga harus terus terang jika memang telah melakukan kekeliruan dalam bidang apa pun," tutur mantan Ketua PP Muhammadiyah ini.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menekankan mengenai pentingnya kritik dan saran bagi pemerintah. Menurut Pramono, kritik yang keras dan terbuka akan membuat pembangunan lebih terarah.

"Sebagai negara demokrasi, kebebasan pers merupakan tiang utama untuk menjaga demokrasi tetap berlangsung. Bagi pemerintah, kebebasan pers adalah sesuatu yang wajib dijaga dan bagi pemerintah kebebasan pers, kritik, saran, masukan itu seperti jamu, menguatkan pemerintah. Dan kita memerlukan kritik yang terbuka, kritik yang pedas, kritik yang keras karena dengan kritik itulah pemerintah akan membangun lebih terarah dan lebih benar," kata Pramono saat menyampaikan ucapan selamat Hari Pers Nasional 2021 seperti ditayangkan akun YouTube Sekretariat Kabinet, Selasa (9/2).

Di sisi lain, keberadaan buzzer terkadang membuat ciut nyali pihak-pihak yang menyampaikan kritik. Hal itu disampaikan Kwik Kian Gie.

Ia mengaku khawatir setelah mengemukakan pendapat berbeda dengan rezim akan langsung diserang buzzer di media sosial. Hal itu disampaikan lewat akun Twitter @kiangiekwik pada 6 Februari lalu.

"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yg berbeda dng maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di-buzzer habis2an, masalah pribadi diodal-adil," kata Kwik melalui akun Twitternya, seperti dilihat detikcom Senin (8/2).

Kwik kemudian membandingkan saat dia menyampaikan kritik saat Soeharto berkuasa. Kwik mengaku leluasa melontarkan kritik ke rezim Orde Baru di kolom harian Kompas. Menurutnya, kritik yang dia sampaikan saat itu juga tergolong tajam.

"Kritik2 tajam. tidak sekalipun ada masalah," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(ibh/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads