4 Fakta Terungkap dari Detik-detik Terakhir Sriwijaya Air SJ182 Mengudara

Round-Up

4 Fakta Terungkap dari Detik-detik Terakhir Sriwijaya Air SJ182 Mengudara

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 05 Feb 2021 05:33 WIB
Proses pencarian dan evakuasi Sriwijaya Air SJ182 resmi ditutup. Menhub Budi Karya Sumadi pun menyerahkan operasi lanjutan kepada KNKT.
Foto: Proses pencarian puing-puing Sriwijaya Air SJ182 (Pradita Utama)
Jakarta -

Detik-detik terakhir pesawat Sriwijaya Air SJ182 sebelum jatuh di perairan Kepulauan Seribu terungkap. Pilot sempat melakukan komunikasi terakhir saat mengudara.

Hal ini diungkap oleh Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Indonesia (AirNav Indonesia) dan KNKT. Kronologi kontak tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Utama AirNav Indonesia, Pramintohadi Sukarno, dalam rapat dengar pendapat di Komisi V DPR RI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (3/2/2021). Pramintohadi awalnya mengungkap Sriwijaya Air SJ182 take off dari runway 25 pada pukul 14.36 WIB dan sempat mengontak ATC pada ketinggian 1.700 kaki.

"Pada pukul 14.36 WIB Sriwijaya SJ182 take off dari runway 25. Kemudian, setelah melewati ketinggian 1.700 kaki menghubungi Jakarta approach di frekuensi 179 Mhz dan diinstruksikan controller untuk naik ke ketinggian 29 ribu kaki mengikuti prosedur SID atau standar alur keberangkatan," kata Pramintohadi dalam rapat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ182 lepas landas pada 9 Januari 2020 dari Bandara Soekarno-Hatta. Namun, setelah 4 menit lepas landas, pesawat tersebut hilang kontak. Beberapa saat kemudian, dikonfirmasi bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.

ADVERTISEMENT

Berikut ini fakta-fakta yang terungkap dari detik-detik terakhir Sriwijaya Air SJ182 sebelum jatuh:


1. Diminta Naik, Dijawab Clear


Pramintohadi mengungkapkan, di tengah proses naik hingga 29 ribu kaki, atau sekitar pukul 14.38 WIB, pilot Sriwijaya Air SJ182 meminta arah 0,75 derajat pada ATC karena alasan cuaca.

"Melewati ketinggian 7.900 kaki, SJ182 meminta arah 0.75 derajat pada ATC karena alasan cuaca, dan diizinkan oleh ATC dan diinstruksikan naik ke ketinggian 11 ribu kaki," ujarnya.

Arahan ini, kata Pramintohadi, dijawab 'clear' oleh pilot Sriwijaya Air SJ182. Menurutnya, ATC mengarahkan agar pesawat naik pada ketinggian 11 ribu kaki karena pada ketinggian 7.900 kaku ada pesawat yang sama melintas menuju Pontianak.

"Kita minta naik ke ketinggian 11 ribu kaki karena pada ketinggian yang sama ada pesawat dalam posisi yang sama yang akan terbang juga ke Pontianak, yaitu Air Asia," ungkapnya.

2. Pesawat Belok ke Kiri


Keanehan lalu muncul pada pukul 14.39 WIB. Pramintohadi menyebut tiba-tiba Sriwijaya Air SJ182 berbelok ke kiri. Kejadian ini sempat dipertanyakan oleh ATC, namun tidak ada lagi respons dari Sriwijaya Air SJ182 hingga hilang dari radar.

"Kemudian di pukul 14.39 WIB Sriwijaya 182 terpantau di layar radar ATC berbelok ke kiri, ke Barat Laut, yang seharusnya ke arah kanan di posisi 0,75 derajat, di pukul 14.40 WIB controller melakukan konfirmasi arah SJ182, namun tidak ada respons, dan diikuti target hilang dari layar radar," sebutnya.

3. 11 Panggilan Tak Terjawab

Saat pesawat menunjukkan pergerakan yang aneh, Pramintohadi memastikan pihaknya berusaha menghubungi Sriwijaya Air SJ182 sampai 11 kali. Namun upaya itu tidak mendapatkan jawaban.

"ATC berusaha memanggil berulang kali sampai 11 kali, kemudian dibantu juga oleh beberapa penerbangan lain, antara lain Garuda untuk mencoba melakukan komunikasi dengan SJ182, namun tidak ada respons, demikian," imbuhnya.

4. Pesawat Tidak Meledak Sebelum Bentur Air

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, menyampaikan terkait puing-puing pesawat yang ditemukan sejauh ini. Dia menyebut puing Sriwijya Air SJ182 tersebar pada radius 80 meter dan 110 meter di kedalaman 16-23 meter.

"Menurut data tim SAR gabungan, puing tersebar di wilayah sebesar 80 meter dan panjang 110 meter pada kedalaman 16-23 meter. Bagian pesawat ditemukan berupa instrumen pesawat di ruang kemudi, beberapa bagian roda utama, bagian sayap, bagian mesin, bagian kabin penumpang, dan bagian ekor, bagian-bagian ini wakili seluruh bagian pesawat dari depan sampai belakang," kata Soerjanto saat pemaparan.


Soerjanto lantas menjelaskan kondisi puing-puing pesawat tersebut. Menurutnya, tidak ada ledakan yang terjadi sebelum pesawat menabrak air.

"Luas sebaran yang ditemukan bagian pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air, jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar. Pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," ucapnya.

Halaman 2 dari 3
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads