Trotoar di Bali, tepatnya di sebelah selatan Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar, dipasangi garis polisi. Apa tujuannya?
Pantauan detikcom di lokasi pada Kamis (4/2/2021) sore, banyak masyarakat yang melaksanakan olahraga di trotoar tersebut. Masyarakat melewati garis polisi itu dengan cara melangkahi atau memegang garis polisi dan diangkat di atas kepala.
Dikonfirmasi mengenai trotoar yang digaris polisi ini, Kapolresta Denpasar Kombes Jansen Avitus Panjaitan mengatakan hal itu sebagai salah satu upaya untuk memastikan tidak terjadi kerumunan. Pihaknya sudah pernah melakukan penjagaan, tetapi masyarakat tetap berkumpul karena keadaan jumlah personil terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam hal ini pemerintah berupaya untuk mendisiplinkan. Harapannya dengan nanti ditutupi itu sehingga orang berkumpul tidak ada," kata Jansen ditemui detikcom di Pasar Kumbasari, Denpasar.
![]() |
Jansen menilai kesadaran masyarakat untuk tidak berkumpul masih minim. Dia berharap masyarakat bisa sadar akan bahaya Corona.
"Langkah upaya telah dilakukan. Tadinya hanya (ditutup) di lapangan. Tapi faktanya masih ada masyarakat melakukan aktivitas di sana. Jadi mohon kesadaran lah masyarakat, kerja samanya, karena COVID-19 ini sangat berbahaya sekali," kata dia.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Kota Denpasar I Dewa Gede Rai mengungkapkan pemberian garis polisi itu karena masyarakat mulai sore sudah beraktivitas di sana. Oleh karena itu, pihaknya memasang pembatas tersebut dan menyarankan masyarakat untuk berolahraga di rumah masing-masing.
"Jadi masyarakat yang mau berolahraga kita sarankan sementara berolahraga di rumah. Atau di manalah yang tidak ada kerumunan-kerumunan ramai," pintanya.
Dewa Rai menuturkan penutupan lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung sebenarnya sudah ditutup sejak awal pandemi. Hal itu disebabkan masyarakat sangat ramai beraktivitas di sana, sedangkan kasus sudah semakin meningkat.
"Oleh karena itu kita lakukan penutupan sementara. Sementara masyarakat kita imbau tidak datang dulu karena bisa terjadi rawan atau riskan penularan COVID-19," terangnya.
Terlebih di lapangan tersebut ada berbagai fasilitas, seperti tempat bermain anak dan tempat fitness, sehingga dikhawatirkan ada sentuhan-sentuhan di berbagai fasilitas tersebut.
"Jadi kami mohon maklum kepada masyarakat, sementara tidak datang dulu ke Lapangan Puputan Badung, Lapangan Lumintang dan Taman Kota Lumintang, termasuk Lapangan Renon," kata dia.
Simak tanggapan warga Denpasar di halaman berikutnya.
Salah satu warga, I Gede Wahyu Mahendra (30), menilai seharusnya tidak perlu digaris hingga ke areal trotoar. Hal itu disebabkan masyarakat juga perlu untuk berolahraga.
"Intinya sih kebijakan pemerintah gimana baiknya secara adil saja biar masyarakat dapat berolahraga dan protokol kesehatannya juga berjalan," kata dia saat ditemui detikcom di lokasi.
Menurutnya, adanya garis polisi hingga ke trotoar ini menyebabkan gangguan terhadap aktivitas masyarakat. Sebab, dirinya melihat banyak juga masyarakat lain yang tampak susah untuk berolahraga.
"Ada yang di (pinggir) jalan raya dilewatin, karena di trotoar kan diblok," kata pria asal Penebel, Tabanan, ini.
Mengenai adanya imbauan pemerintah untuk berolahraga di rumah, Wahyu mengakui hal itu sangat bagus. Namun, menurutnya, manusia memiliki rasa bosan jika secara terus-menerus berada di rumah.
"Kadangkala kita pasti ada rasa bosanlah terus-terusan di rumah. Barang tidak bisa merasakan sirkulasi udaralah biar nggak dominan di rumah. Sumpek juga di rumah terus-terusan," tuturnya.