Fulanah, seorang perempuan paruh baya yang bekerja serabutan. Salah satu yang sering ia kerjakan adalah mencucikan baju para tetangga yang memerlukan bantuannya. Kehidupannya berjalan biasa. Bicaranya lantang. Maklum saja karena Fulanah tinggal di Mojosantren, Krian yang pada waktu dulu masih terbilang wilayah bukan kota.
Bicaranya yang lantang mengindikasikan sifatnya yang terbuka. Mampu berkomunikasi apa adanya dengan setiap orang. Bersikap santun kepada yang lebih tua. Bersikap wajar kepada siapa saja.
Suatu ketika Fulanah pergi bersama kawan-kawannya. Mereka ibu-ibu yang masih terbilang satu kampung dengan Fulanah. Mereka beramai-ramai menyewa angkutan kota (angkot) dengan tujuan ziarah ke makam Sunan Ampel. Pada saat angkot keluar dari arah tol, melewati Barunawati melaju jalan perak untuk berputar ke arah Ampel, angkot mengalami kecelakaan. Melalui kecelakaan itu nyawa Fulanah tidak tertolong, meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu berjalan. Setelah lebih sembilan tahun salah seorang kemenakan Fulanah pun meninggal. Rupanya, pemakaman diputuskan dibersamakan dengan Fulanah, sehingga kuburan Fulanah terpaksa harus dibongkar ulang. Namun, betapa para penggali kubur takjub dan heran. Setelah penggalian sampai kepada kedalaman Fulanah dikuburkan, mereka dapati kain kafan fulanah masih utuh. Sontak mereka terperangah hampir tak percaya, "kafan Fulanah utuh, tidak rusak, bertahan sejak lebih sembilan tahun yang lalu, subhaanallah."
Boleh jadi pernah berlalu beberapa kisah nyata, bagaimana seseorang meninggal, sedang kain kafan dan jasad tubuhnya masih utuh. Kebanyakan para beliau memang dikenal sangat shaleh, atau tokoh masyarakat yang memang dikenal sebagai ulama.
Berbeda dengan Fulanah yang sangat apa adanya. Bergaul sewajarnya dengan masyarakat di kalangannya. Tidak kaya, bukan sangat cantik, bukan berkedudukan sosial yang tinggi. Dari segi pendidikan dan bahkan ilmu apa pun boleh dibilang minimal. Karenanya para penggali kubur heran. Termasuk seluruh masyarakat yang sangat mengenal Fulanah. Mereka tanya bertanya bagaimana mungkin seorang Fulanah bisa mempertahankan kain kafan dan jasadnya tetap utuh melewati waktu bertahun-tahun.
Setelah mereka bersama saling mencari keistimewaan Fulanah, tiba-tiba salah seorang yang sangat mengenal Fulanah teringat sesuatu. Ia menduga satu perilaku Fulanah yang tak banyak diistimewakan orang. Barangkali itu yang mampu mengangkat Fulanah ke derajat kedudukan orang-orang shalehah? Perilaku tersebut adalah, setiap kali Fulanah menerima pemberian baju-baju bekas dari siapa pun, hal yang selalu dilakukannya adalah, memilih baju-baju bekas yang masih bagus, membagikannya kepada siapa yang membutuhkan. Untuk dirinya, cukup memakai yang sudah kurang berharga. Paling tidak menurut Fulanah.
Al-birr, Kebaikan yang Sempurna
Ayat 92 surat al-Imran (3) di dalam Bahasa Indonesia berbunyi," Kalian sekali-kali tidak akan sampai kepada al-birr, kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai."
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Katsir salah seorang ulama ahli tafsir mengemukakan sebuah hadits dari Imam al-Bukhari dan Imam Muslim;
- Abu Talhah adalah seorang Anshar yang paling banyak memiliki harta di Madinah, dan tersebutlah bahwa harta yang paling dicintainya adalah Bairuha, sebuah kebun kurma. Kebun itu berhadapan dengan Masjid Nabawi. Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam sering memasuki kebun itu dan meminum air dari sumur di kebun itu yang segar lagi tawar. Setelah turun firman Allah (QS. 3:92) ini Abu Talhah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, 'Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai' dan sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha ini. Sekarang Bairuha aku sedekahkan agar aku dapat mencapai kebajikan melaluinya dan sebagai simpananku di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka aku mohon sudilah engkau, wahai Rasulullah, mempergunakannya menurut apa yang diperlihatkan oleh Allah kepadamu."
- Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab melalui sabdanya: "Wah, wah, itu harta yang menguntungkan, itu harta yang menguntungkan; dan aku telah mendengarnya, tetapi aku berpendapat hendaklah kamu memberikannya kepada kaum kerabatmu." Abu Talhah menjawab, "Akan aku lakukan sekarang, wahai Rasulullah." Lalu Abu Talhah membagi-bagikannya kepada kaum kerabatnya dan anak-anak pamannya.
Melihat QS. 3:92, serta tafsir yang disampaikan, rupanya Fulanah memang memiliki kapabilitas tingkat tinggi. Ialah kemampuan hatinya untuk rela berbagi, rela mendahulukan orang lain sebelum dirinya, dengan jalan berbagi apa yang ia cintai. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Abu Thalhah sahabat Rasulullah saw. Jika begitu, walau apa pun status keilmuan, sosial, fisik dan lain-lain dari Fulanah, secara perilaku beliau memiliki nilai tinggi yang sesuai dengan perilaku yang dicontohkan sahabat Rasulullah saw.
Upaya "Vaksinasi" Sampai Mati
Jika dilihat diri sisi medis umum, siapa pun yang wafat, "pasti" terjadi padanya proses pembusukan sebegitu dia meninggal dunia. Sel-sel mulai lisis (rusak/hancur) antara lain karena energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan membran sel tidak ada. Salah satu organel sel, lisosom pecah. Organel ini akan melarutkan bahan-bahan sel yang lain.
Pada orang meninggal dunia, pertahanan tubuh hilang. Seluruh kuman yang biasanya ditekan pertumbuhannya sekarang bebas merdeka tumbuh dan berkembang. Wilayah dalam tubuh terutama yang sangat potensial menumbuhkan kuman, seperti usus besar bersegera memulai pembusukan. Diikuti oleh seluruh wilayah tubuh yang lain. Ditambah lagi orang meninggal dimakamkan di dalam tanah yang pasti bukan tempat yang steril dari berbagai kuman. Semuanya mendukung laju penguraian.
Tetapi, sejalan dengan pemeliharaan Tuhan terhadap jasad siapa pun yang masuk kriteria baik, para malaikat diutus untuk memelihara tubuh jasad tersebut, termasuk kain kafannya. Memang, hukum alam berjalan sebagaimana biasanya. Akan tetapi, banyak peristiwa yang terjadi atas ijin Tuhan yang bukan berdasar kepada hukum alam. Nabi Ibrahim as. pernah dibakar oleh Raja Namrud, namun api tak mampu membakar Beliau. Itu salah satu contoh.
Selanjutnya, dalam rangka melindungi diri dari bahaya pandemi, pemerintah melakukan segala upaya termasuk vaksinasi. Tentu saja vaksinasi yang dimaksud adalah vaksinasi yang umum berlaku di seluruh dunia.
Jika saja kebaikan yang sempurna sebagaimana dilakukan Fulanah mampu menjadi "vaksinasi" hidup sampai mati, tidakkah kita ingin juga melakukannya? Pasti lebih save, tidak mengandung efek samping, menjadi rahmat bagi semesta, serta mampu mendudukkan para pelakunya mulia dunia-akhirat. Jika "vaksinasi" model ini dijadikan program, negara bukan saja segera terbebas dari pandemik, bahkan rakyat makmur sejahtera. Salah satu sebabnya adalah, siapa pun yang menjadi warganegara, perilakunya senantiasa mementingkan orang lain daripada dirinya. Mari kita semua berusaha!
Abdurrachman
Penulis adalah Guru Besar Fakulas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--
(erd/erd)