"Alhamdulillah wes divaksin, garek nglencer e", demikian potongan kalimat yang diunggah salah seorang medicus spesialis senior di sebuah group whatsapp (WA). Terjemah ke dalam Bahasa Indonesianya, "alhamdulillah sudah divaksin, tinggal wisatanya". Kalimat dalam bahasa Jawa tersebut disematkan di atas foto dia saat kepadanya dilakukan vaksinasi oleh petugas. Wajahnya tampak segar, penuh senyum pertanda dalam kondisi sehat yang prima. Dia mengunggah foto dirinya pada tanggal 20 Januari 2021 pukul 05.49.
Beberapa saat berselang, masuk tanggal 29 Januari 2021 pukul 08.53, sejawat medis dari spesialis yang sama mengunggah berita bahwa yang bersangkutan saat ini positif covid-19 dalam perawatan isolasi sedang menuju salah sebuah rumah sakit swasta. Beliau mohon agar kawan-kawan di group WA ikut mendoakan. Semoga beliau segera sembuh sempurna, kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas sakit aamiin!
Pasti tidak seorang pun di dunia ini yang ingin apalagi mau terkena covid-19. Berbagai upaya menghindari covid-19 menggunakan berbagai cara. Melalui Lock Down total atau pun parsial, Pembatasan Berskala Besar (PSBB), social distancing, memakai masker, mencuci tangan, obat-obatan untuk menghindarkan keberlanjutan penyakit, untuk meningkatkan stamina tubuh, ramuan herbal dan puncaknya melakukan vaksinasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksinasi rupanya menjadi 'andalan' utama, paling tidak bagi medicus spesialis di atas. Dugaan ini muncul paling tidak karena selama covid-19 dinyatakan berkeliaran di Indonesia, Maret 2020, medicus spesialis itu tidak pernah terinfeksi covid-19. Lalu, justru setelah divaksin dia terpapar covid-19, sedang diisolasi menuju rumah sakit. Potongan kalimat di awal tulisan ini pun, "Alhamdulillah wes divaksin, garek nglencer e", menguatkan dugaan betapa keyakinan medicus tadi mengandalkan vaksinasi sebagai penangkal utama covid-19.
Kisah Nabi Musa as.
Beredar kisah, salah satunya di dalam tafsir al-Fakhr al-Razi bahwa Nabi Musa as. pernah sakit lalu memohon petunjuk kepada Allah swt. obat dari penyakitnya. Allah swt. memberi petunjuk kepada Nabi Musa as. untuk mengonsumsi daun pohon sesuai petunjukNya. Sembuhlah Musa as.
Setelah beberapa waktu berselang, Musa as. mengalami sakit yang persis sama. Segera saja Musa as. mengonsumsi daun sesuai dengan petunjuk Allah swt. yang pernah diterimanya dulu. Penyakitnya belum sembuh, walau metode mengonsumsinya persis sama.
Musa as. mengadu kepada Allah swt. mengapa dengan penyakit yang sama, mengonsumsi daun yang sama tapi hasilnya berbeda?
Allah swt. menegur Musa as. dalam masalah ini. Dulu Musa as. berobat dengan daun itu atas petunjuk dan ijin Allah swt. sedangkan saat sakit berikutnya Musa as. langsung meraih daun itu lalu mengonsumsinya.
Inilah perbedaan tajam dalam masalah tauhid khususnya pada tingkatan Rasulullah sebagaimana Musa as. juga kepada orang-orang yang dijaga oleh Allah swt. Sikap Musa as. yang langsung melihat daun sebagai 'penyembuh' secara tauhid adalah keliru. Sikap demikian merupakan syirik (menghadirkan kekuatan penyembuhan kepada daun) bukan kepada Tuhan. Secara tauhid, tak ada satu apa pun dan siapa pun di semesta ini yang mampu dengan sendirinya memberikan manfaat atau bahkan menimbulkan mudlarat tampa seijin Allah swt. Quran Surat (QS) al-Furqan (25) ayat 3.
Dari sini, jika kisah Nabi Musa as. ini benar, lalu jika dikaitkan dengan sejawat yang sedang diisolasi di rumah sakit swasta karena covid-19, boleh jadi hal ini terkait dengan kebergantungannya langsung kepada vaksin. Bukan mendahulukan Allah swt. Sedangkan mengapa sejak hampir dari setahun yang lalu dia tidak terinfeksi covid-19, boleh jadi walau menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, keyakinan perlindungannya, doa-doanya senantiasa dimohonkan kepada Allah swt.
Selain itu, bila teguran ini (positif covid-19) mirip dengan teguran kepada Musa as. maka boleh jadi karena medicus spesialis yang sedang didoakan itu, termasuk orang yang dijaga tauhidnya oleh Tuhan, sebagaimana penjagaan Allah swt. kepada Musa as. dan orang-orang yang terpilih.
Dengan begitu, upaya kita selama ini melalui berbagai macam, termasuk vaksinasi sebagai salah satu puncak upaya fisik, tidak harus menjadikan kita syirik. Ialah sikap kepasrahan total kepada vaksin. Secara tauhid wajib memiliki keyakinan bahwa tak ada satu apa pun dan siapa pun di semesta ini yang mampu melakukan fungsi positifnya tampa seijinNya, (QS: 2:255)
Dengan begitu, apa pun upaya kita dalam melakukan solusi dari setiap masalah, termasuk solusi menghindarkan diri dari terpaparnya covid-19, kita dahulukan berlindung kepada Allah swt. bertawakkal kepadaNya (QS. 12:67), sambil terus melakukan ikhtiar yang sesuai.
Semoga kita semua selamat, sehat dan sejahtera, aamiin.
Abdurachman
Penulis adalah Guru Besar Fakulas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--
(erd/erd)