Iman: Memajukan Ekonomi Negeri

Kolom Hikmah

Iman: Memajukan Ekonomi Negeri

Aunur Rofiq - detikNews
Jumat, 29 Jan 2021 05:43 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Sikap tawakal (mendekatkan diri pada Sang Kuasa) adalah buah dari iman. Sikap ini tidak berarti pasrah tanpa berusaha atau membiarkan segala sesuatu berjalan menurut keadaannya. Tawakal yang benar akan menimbulkan kekuatan berjuang, gairah kerja, ketekunan serta semangat yang senantiasa membara.

Dalam Al-Qur'an beberapa kali mengetengahkan kisah dampak tawakal pada diri para Rasul saat berhadapan dengan para musuhnya. Seperti Nabi Hud, Nabi Sua'ib dan Nabi Musa. Semua Rasul utusan Allah bertawakal, mempercayakan dirinya pada Allah dalam menghadapi permusuhan dengan kaumnya, seperti dalam firman Allah SWT: "Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kalian lakukan kepada kami. Dan hanya Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri." ( QS. Ibrahim : 12 ).

Seorang yang beriman akan memperoleh kekuatan dari kebenaran yang dipegangnya. Tidak bekerja atas dorongan nafsu, bukan karena kepentingan pribadi, bukan mempertahankan golongan dan bukan pula akan menganiaya atau melanggar hak orang lain. Kebenaran itu lebih berhak untuk menang, sedang yang batil pantas tersingkir. Hal ini diperkuat oleh firman Allah Swt. "Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. "Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." ( QS. al-Israa' : 81 ).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun kekuatan seorang mukmin memperoleh kekuatan karena saudara-saudaranya seiman, percaya bahwa mereka senasib dan seperjuangan. Dalam perjuangan Rasulullah beserta pengikutnya ketika hijrah dari Mekah ke Madina, maka kaum Yang menetap di Madina ( Anshor ) menerima sebagai saudara dengan berbagi harta, tempat tinggal pada para kaum pendatang ( Muhajirin ). Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah. "Orang mukmin itu akrab dan bersatu. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersatu dan tidak akrab." ( Riwayat : Ahmad, Ath-Thabarani dan Al Hakim).

Perintah Rasulullah tersebut jelas bahwa sesama muslim menjadi akrab dan bersatu, dengan langkah ini akan menumbuhkan kekuatan yang luar biasa. Ada rasa saling percaya, saling membantu dan saling bersama untuk mencapai suatu tujuan. Sikap ini akan muncul rela berkorban untuk saudaranya.

ADVERTISEMENT

Ketiga ciri sikap seorang mukmin tersebut di atas, percaya pada Allah, meyakini kebenaran dan rasa persaudaraan yang kuat. Inilah modal kekuatan kaum muslim Indonesia yang tentunya akan menjadi landasan dalam memajukan ekonomi negeri. Sikap mencintai negeri dalam arti khusus untuk menjadikan negeri ini bisa berdikari. Kebutuhan masyarakat yang berjumlah 270 juta penduduk untuk pangan, sandang dan papan serta kebutuhan lainnya adalah sangat besar, yang saat ini belum mampu dipenuhi sendiri sehingga masih mendatangkan dari negara lainnya. Sikap bersatu dalam berproduksi dan bersatu dalam menenuhi kebutuhan dalam negeri sudah menjadi keniscayaan.

Penulis merasa iri atas sikap orang-orang Jepang dan Korea, di mana mereka sangat mencintai barang-barang kebutuhan yang diproduksi negerinya. Industri televisi, hand phone dan otomotif maju sangat pesat dan dikenal seluruh dunia. Pada saat yang sama negeri tercinta ini, masih memerlukan sayur mayur, buah-buahan dan pangan dari negara lain. Hal yang sama terjadi untuk kebutuhan barang sekunder dan lainnya seakan membanjiri di outlet-outlet kita.

Gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi konsumsi pangan, nasi pecel, gado-gado, soto, sate dan masakan lokal lainnya, mulai terdesak dan tergantikan dengan makanan dari luar negeri. Penulis berharap ada gerakan kaum mileneal untuk mencintai dan konsumsi kembali jenis masakan lokal. Gunakan bahan baku yang ada disekitar kita seperti sayur mayur dan buah lokal. Negeri ini mempunyai kekayaan plasma nutfah terbesar dunia setelah Brazilia dan beriklim tropis, sehingga memungkinkan menghasilkan produk-produk pertanian / herbal dengan rentang variasi yang lebar. Artinya potensi dalam pemenuhan kebutuhan sendiri dibidang industri pangan dan ikutannya sangat besar. Sebenarnya agak malu ketika negeri ini mengimpor beras dari Vietnam, sekitar tahun 1985 an negeri tersebut belajar berswasembada pangan pada kita.

Menumbuhkan kebanggaan dengan menggunakan atau konsumsi barang dalam negeri tidaklah mudah, karena masyarakat saat ini sudah gandrung menggunakan barang bermerk luar. Langkah ini memerlukan pengorbanan, keteguhan dan saling membantu sesama saudara. Marilah kaum muslimin negeri ini mempelopori dengan mencintai, konsumsi dan menggunakan produk dalam negeri buatan saudaranya sendiri. Langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan strategis bersatunya produksi dan bersatu dalam pemenuhannya.

Dengan sumber kekuatan yang berlandaskan, percaya pada Allah, kebenaran dan persaudaraan, in syaa Allah langkah tersebut akan berjalan dengan baik. Semoga dalam waktu yang dekat kita bisa berdikari dalam memenuhi kebutuhan sendiri.

Aunur Rofiq

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )

Sekjen DPP PPP 2014-2016

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)--

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads