Anggota Komisi X DPR Putra Nababan mengkritik keras Menparekraf Sandiaga Uno terkait posting-an mengajak lari pagi anggota Dewan yang kini sudah dihapus. Juri bicara Sandiaga, Kawendra Lukistian, meminta Putra Nababan biasa saja alias tidak terbawa perasaan (baper).
"Seharusnya santai saja, nggak perlu baper, nggak perlu lebay, ah! Itu sekedar jokes. Tapi karena menghargai teman-teman Dewan, jadi sudah dihapus posting-annya," kata Kawendra kepada wartawan, Rabu (27/1/2021).
Putra Nababan juga menyoroti aktivitas media sosial Sandiaga Uno. Kawendra membela dengan menyebut Sandiaga Uno kerap posting di media sosial karena alasan keterbukaan informasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian bila beliau sering mengunggah posting-an di social media, tentu itu merupakan bagian dari pekerjaan dan komitmen beliau terhadap keterbukaan informasi. Ingat, ini era 4.0, jadi masyarakat perlu tahu apa saja yang dilakukan beliau sebagai menteri. Dan setahu saya pengelolaan medsos beliau dibantu beberapa admin. Jadi bisa simultan kapan saja menyampaikan informasi," jelas Kawendra.
Kawendra meminta Putra Nababan, yang merupakan politikus PDIP, becermin.
"Anda pun harusnya begitu, jadi anggota DPR-RI lebih banyak posting-an tentang apa yang dilakukan. Silakan introspeksi," jelas Kawendra.
Sebelumnya diberitakan, Putra Nababan menyoroti unggahan Sandiaga berupa video soal ajakan lari pagi di GBK untuk anggota Komisi X. Putra menjelaskan Sandiaga, dalam video itu, mengatakan hanya dua legislator saja yang ikut lari pagi bersamanya. Putra Nababan menilai Sandiaga mem-framing Komisi X tak bisa bangun pagi.
Lebih lanjut Putra menyindir Sandi yang sering bermain media sosial. Ia meminta Sandi lebih banyak melakukan kerja nyata bersama jajaran kementeriannya.
"158 ribu lebih masyarakat yang sudah membaca unggahan itu pasti berpikir anggota Komisi X tidak memenuhi undangan lari pagi dan tidak berkenan melihat langsung usaha ekonomi kreatif, padahal undangannya fiktif dan rekayasa saja. Jadi kebohongan publik ini harus diklarifikasi,'' kata Putra Nababan.
"Sandi harusnya sadar dirinya adalah pembantu Presiden Jokowi. Dia harus berhenti menciptakan sensasi-sensasi politik kosong dengan memberikan bingkai framing negatif terhadap mitra kerjanya, seolah-olah 50 lebih anggota Komisi X tidak bisa bangun pagi dan lari pagi serta tidak mau ikut menyaksikan usaha ekonomi kreatif di Gelora Bung Karno," sebut Putra Nababan.
(gbr/eva)