BMKG mengungkapkan enam faktor terjadinya curah hujan ekstrem di beberapa wilayah Indonesia pada Januari hingga Februari. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan beberapa faktor tersebut adanya La Nina hingga fenomena angin monsun Asia.
"Ini disebut sebagai fenomena iklim global La Nina. Akibat adanya anomali, suhu muka air laut di wilayah Samudra Pasifik bagian tropis tengah yang mengakibatkan mendingin, relatif dingin dibandingkan dengan suhu muka air laut di wilayah kepulauan Indonesia, yang saat ini makin hangat. BMKG memonitor saat ini suhu di wilayah perairan Indonesia ini mencapai 29 derajat Celsius," ungkap Dwikorita dalam jumpa pers daring, Sabtu (23/2/2021).
Kedua, Dwikorita menjelaskan soal fenomena angin monsun Asia. Angin ini rutin setiap tahun terjadi dan mengakibatkan pembentukan awan-awan hujan sehingga terjadi musim hujan di wilayah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fenomena berikutnya adalah angin monsun Asia. Ini fenomena yang rutin setiap tahun terjadi. Angin monsun ini angin yang membawa musim hujan di wilayah Indonesia dan tentunya mengakibatkan peningkatan dan pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia," jelasnya.
Ketiga, ada fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), yang merupakan gelombang atmosfer. MJO membawa kumpulan-kumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudra Hindia di zona tropis, dari sebelah timur Afrika, memasuki wilayah Indonesia menuju Samudra Pasifik.
"Jadi, saat memasuki wilayah Indonesia dari bagian barat, karena membawa kumpulan-kumpulan awan hujan ini, karena topografi di Indonesia ini bergunung-gunung, maka akan terjadi hujan yang otomatis menambah pasokan hujan di wilayah Indonesia ini. Fenomena ini memang rutin siklusnya antara 30-60 hari, jadi ada pengulangan," jelasnya.