Sebagian warga Kabupaten Mamuju korban gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 masih bertahan di lokasi pengungsian. Para pengungsi belum berniat kembali pulang ke rumah karena masih trauma terjadinya gempa susulan.
Seperti yang diakui Juwita, salah satu korban gempa asal Simbuang, Kecamatan Simboro. Dia bersama sanak kerabat dan warga lainnya sudah sepekan tinggal di pengungsian yang berada di kawasan perbukitan kendati dengan kondisi seadanya.
"Sudah delapan hari di sini sejak gempa. Kita masih trauma, takut karena masih ada gempa kecil," kata Juwita kepada wartawan, Sabtu (23/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Hal serupa diungkapkan korban gempa lainnya Husni. Dia mengaku masih merasakan takut setelah melihat rumahnya hancur akibat gempa.
Kendati bantuan logistik dari pemerintah diakui mulai terpenuhi, Husni mengaku lokasi pengungsian yang ditempatinya masih minim sarana dan prasarana, khususnya fasilitas MCK.
"Alhamdulillah, kalau logistik sudah cukup, itu saja. Penerangan dan air bersih yang jadi kendala. Saya mau ambil air terpaksa numpang, termasuk buat MCK kita juga numpang," terangnya.
Sementara itu, sebagian warga korban gempa terpantau mulai mendatangi reruntuhan rumah mereka yang ambruk. Mereka datang sekadar untuk melihat kondisi rumah, sembari mengumpulkan puing sisa reruntuhan yang masih bisa terpakai, seperti batu merah.
![]() |
"Mau bersihkan rumah, sambil kumpul reruntuhan. Kalau ada yang bagus, kita mau pakai buat bangun rumah yang baru," ungkap Andi Ade.
Ade berharap pemerintah segera memberikan bantuan agar rumahnya dapat dibangun kembali. "Mudah-mudahan bisa segera dapat bantuan pemerintah untuk memperbaiki rumah," tuturnya.
Gempa bumi M 6,2 terjadi pada Jumat (15/1) dini hari. Setidaknya 90 orang tewas akibat kejadian tersebut. Lebih dari 15 ribu orang sempat mengungsi ke tempat aman karena gempa susulan terus terjadi.
(jbr/jbr)