Moeldoko Ungkap Beda Menteri Kena COVID dengan 'Yang Berada di Kerumunan'

Moeldoko Ungkap Beda Menteri Kena COVID dengan 'Yang Berada di Kerumunan'

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 20 Jan 2021 18:10 WIB
Profil Moeldoko
Moeldoko (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta -

Pihak Istana Kepresidenan sempat tidak mengetahui saat Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto terpapar virus Corona. Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menjelaskan mengenai beda kondisi ketika seorang menteri terpapar COVID-19.

"Saya pikir itu sudah pernah saya jelaskan. Kami-kami ini yang ada di kabinet, ya, sangat tahu persis ruang lingkup pekerjaan kami seperti apa, berkomunikasi dengan siapa, dan seterusnya. Yang jelas kita tidak dalam konteks COVID ini, tidak pernah masuk dalam area publik yang sangat besar ya. Itu karena kita semua juga membatasi," kata Moeldoko di kantornya, Rabu (20/1/2021).

"Sehingga kalau terjadi di menteri ya cukup beberapa orang yang tahu. Setelah itu ada langkah-langkah tindakan kesehatan yang harus dijalankan. Agar apa? Agar semua hal yang berkaitan dengan tracing itu bisa berjalan," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun menyinggung soal kasus COVID yang ada di tengah massa yang sangat luas dan sulit dikontrol. Jika dalam situasi tersebut maka harus diketahui dengan baik tentang riwayat COVID-19.

Moeldoko menegaskan lagi, para menteri memiliki tugas dan kegiatan yang mudah dikenali.

ADVERTISEMENT

Lalu, Moeldoko menjelaskan mengenai konteks seseorang yang berada di tengah kerumunan. Orang tersebut harus diketahui kondisinya.

"Berbeda kalau konteksnya ada seseorang yang karena berada di tengah-tengah massa yang sangat luas dan sulit dikontrol, maka ini apa harus diketahui dengan baik. Jadi saya pikir ini sudah saya jelaskan bahwa kami-kami para menteri ini memiliki tugas yang relatif mudah, sangat mudah dikenali dengan baik. Kita punya instrumen kesehatan yang bisa setiap saat diberi tahu untuk melakukan tracing dan seterusnya, dan mudah dikontrol. Jadi dalam konteks ini saya pikir case-nya yang kita lihat," ujar Moeldoko.

Berikut penjelasan lengkap Moeldoko menjawab pertanyaan wartawan:

Apakah Istana tidak akan memberikan sanksi kepada para pejabat publik yang tidak mempublikasikan bahwa dirinya ini sebenarnya sudah terpapar virus COVID-19. Contohnya kemarin seperti Pak Airlangga Hartarto ternyata dia sudah terpapar COVID, kemudian Istana tidak tahu. Karena kan pejabat publik aktivitasnya dekat dengan masyarakat, dan ini harusnya mungkin diberitahukan kepada masyarakat umum?

Saya pikir itu sudah pernah saya jelaskan. Kami-kami ini yang ada di kabinet, ya, sangat tahu persis ruang lingkup pekerjaan kami seperti apa, berkomunikasi dengan siapa, dan seterusnya. Apabila... yang jelas kita tidak dalam konteks COVID ini, tidak pernah masuk dalam area publik yang sangat besar ya. Itu karena kita semua juga membatasi.

Sehingga kalau terjadi di menteri, ya cukup beberapa orang yang tahu. Setelah itu ada langkah-langkah tindakan kesehatan yang harus dijalankan. Agar apa? Agar semua hal yang berkaitan dengan tracing itu bisa berjalan.

Berbeda kalau konteksnya ada seseorang yang karena berada di tengah-tengah massa yang sangat luas dan sulit dikontrol. Maka ini apa harus diketahui dengan baik. Jadi saya pikir ini sudah saya jelaskan bahwa kami-kami para menteri ini memiliki tugas yang relatif mudah, sangat mudah dikenali dengan baik. Kita punya instrumen kesehatan yang bisa setiap saat diberi tahu untuk melakukan tracing dan seterusnya, dan mudah dikontrol. Jadi dalam konteks ini saya pikir case-nya yang kita lihat.

Sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengaku tidak mengetahui Airlangga sempat terpapar virus Corona (COVID-19). Heru mengatakan tidak pernah ada pemberitahuan terkait hal tersebut dari Airlangga.

"Kalau jajaran kami tidak tahu (Airlangga sempat positif COVID-19), mungkin di antara menteri iya. Secara resmi (tidak tahu) bila tidak mengumumkan," kata Heru kepada wartawan, Selasa (19/1).

Setelah dinyatakan negatif, Airlangga melakukan donor plasma konvalesen. Donor plasma itu dilakukan Airlangga pada Senin (18/1). Dia bersyukur karena bisa menjadi donor plasma. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk membantu sesama yang membutuhkan.

"Terima kasih diberi kesempatan jadi donor plasma, donor sudah dipersiapkan beberapa hari lalu di-screen oleh dokter. Alhamdulillah, kalau lulus, berarti sehat. Dan ini bagian syukur nikmat. Pak JK (Jusuf Kalla) mengatakan ini bagian syukur nikmat dan ini saya lakukan untuk membantu sesama yang membutuhkan," ujar Airlangga dalam keterangannya, Selasa (19/1).

Halaman 2 dari 2
(idn/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads