Sebanyak 29 orang lansia di Norwegia meninggal dunia usai divaksinasi virus Corona buatan Pfizer. Komisi IX menyarankan Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM) melakukan penelitian terhadap mutu dan keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia secara terus-menerus.
"Yang pasti begini soal vaksinasi ini kan on progres ya, terus berjalan, vaksin sendiri juga harus diteliti bagaimana mutu, keamanan dan juga efikasinya itu akan diteliti terus menerus. Meski emergency use authorization sudah diberikan, tetap terkait mutu keamanan dan efikasi terkait vaksin ini kan diteliti Badan POM," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena saat dihubungi, Senin (18/1/2021).
Ia mengatakan penelitian itu nantinya tak hanya dilakukan untuk produk Pfizer saja. Bahkan vaksin Sinovac yang sudah diamankan juga masih terus diteliti. Terlebih, Ia mendapat informasi ada 25 orang yang sudah divaksin Sinovac namun masih terkonfirmasi positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi untuk Sinovac sendiri untuk proses menguji tentang vaksin dan vaksinasi dampaknya kepada orang yang divaksin juga masih kita uji. Begitu juga Pfizer di Norwegia dan berbagai cerita vaksin dimana-mana. Ini tetap akan dicek pasti akan dicek tentang mutu khasiat, mutu dan keamanan dan efikasinya itu apakah seperti yang diteliti, apakah dampaknya itu setelah disuntik di bawa sama atau berkurang. Ini harus dicek terus menerus sampai dengan waktu tertentu," ujarnya.
Melki mengaku tak masalah jika Indonesia ingin tetap mengamankan vaksin buatan Pfizer. Asalkan, proses penelitian dan pengujian terhadap vaksin-vaksin dilakukan terus-menerus.
"Jangankan Pfizer, Sinovac dan lainnya ini masih tetap akan diuji, masih berjalan. Meskipun sudah lolos di semua tempat, kan di kita BPOM, di Amerika ada FDA memberikan emergency use authorization untuk bisa dipakai tapi nanti dalam proses dipakai itu dan melihat dampaknya itu, itu akan tetap ada penilaiannya. Andai khasiat vaksin ini seperti yang dinilai 65 efektif, dicek lebih lanjut keamanannya seperti apa, memberikan dampak-dampak seperti apa, ringan atau berat itu harus dicek lebih lanjut. Kemudian terkait dengan mutu, apa dia mampu membangkitkan imunitas, membuat antibody tubuh, andai kata ini seperti yang diuji berati oke kan, kalau dalam prosesnya ada kendala maka akan ada evaluasi dari BPOM," bebernya.
"Pengujian tetap akan terus berjalan bukan berarti udah dikasih EUA kemudian Badan POM berhenti, dia akan cek ini terus menerus," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 29 lansia di Norwegia meninggal setelah mendapat suntikan vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan BioNTech. Kabar ini memunculkan keraguan pada sebagian kalangan soal keamanan vaksin COVID-19 bagi lansia.
Beberapa negara menempatkan lansia sebagai prioritas vaksinasi, sedangkan Indonesia baru akan memvaksinasi kelompok tersebut setelah tenaga kesehatan dan petugas layanan publik. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan lansia baru akan mendapat vaksin COVID-19 sekitar Maret-April 2021.
(ibh/gbr)