Banjir di Kawasan Mega Mas Manado, Sulawesi Utara (Sulut) sudah surut usai diterjang gelombang pasang pada sore hingga malam kemarin. Kawasan Mega Mas Manado kini dipenuhi sampah dan batu-batu yang terbawa ombak.
Pantauan detikcom di lokasi, Senin (18/1/2021), tampak sejumlah pemilik usaha dan karyawan-karyawan di daerah Kawasan Mega Mas membersihkan sampah-sampah yang masuk di rumah makan. Kerusakan akibat gelombang pasang juga diperbaiki.
Pihak Mega Mas sendiri saat ini fokus pembersihan sampah-sampah. Kendaraan ditargetkan sudah bisa masuk sore nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling tidak sore kita usahakan kendaraan sudah bisa masuk, setelah itu kita akan semprot dengan hyndrant," jelas Endi Harahap selaku Pengelola Kawasan Mega Mas.
Belum ada data kerugian hingga kini karena pengelola masih membersihkan material sampah. Endi juga mengatakan ada kerusakan turap serta kios-kios.
"Kios-kios akan kita perbaiki, begitu juga dengan tanggul yang rusak akan kita perbaiki juga, ini siklus empat sampai lima tahunan ombak ini, dan itu pasti tidak bisa dihindari, sudah ada pengalaman, perbaikan tanggul juga pasti, setiap tahun kita lakukan bukan hanya empat lima tahun," kata Endi
Diketahui, kejadian tersebut akibat gelombang pasang laut setinggi hampir 4 meter yang terjadi di perairan teluk Manado yang mengakibatkan banjir di sekitar Mal Manado Town Square (Mantos), Manado. Gelombang pasang tersebut diakibatkan cuaca ekstrim yang melanda Kota Manado sejak beberapa hari terakhir.
Gelombang pasang yang dilaporkan mencapai 2,5 hingga 4 meter ini juga menyebabkan tembok pemecah ombak rusak berat. Tak hanya itu, terpantau air laut pasang ini juga sempat naik sampai ke parkiran salah satu pusat perbelanjaan.
Simak video 'Manado Diterjang Banjir-Longsor, Basarnas: 5 Orang Meninggal':
Bagaimana penjelasan BMKG soal laut pasang di Manado itu? Simak halaman selanjutnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan banjir tersebut bukan disebabkan gelombang tsunami. Warga diminta tidak panik.
"Peristiwa naiknya air laut yang menyebabkan banjir terjadi di Pesisir Manado kemarin merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia. Jadi masyarakat tidak perlu panik dan tidak perlu mengungsi, tapi tetap waspada dan terus memantau serta memperhatikan update informasi cuaca terkini dari BMKG," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/1/2021).
Eko menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, antara lain angin kencang dengan kecepatan angin maksimum 25 Knot. Peristiewa tersebut kemudian berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di Laut Sulawesi, Perairan utara Sulawesi Utara, Perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud dan Laut Maluku bagian utara dengan ketinggian gelombang mencapai 2,5-4,0 meter.
Selain itu, kata Eko, gelombang air pasang itu juga adanya pengaruh kondisi pasang air laut maksimum di wilayah Manado yang menunjukkan peningkatan pasang maksimum harian setinggi 170-190 cm dari rata-rata tinggi muka air laut (Mean Sea Level/MSL) pada pukul 20.00-21.00 WITa.
Berdasarkan analisis gelombang diketahui bahwa arah gelombang tegak lurus dengan garis pantai sehingga dapat memicu naiknya air ke wilayah pesisir.