Komjen Gatot Eddy Pramono masuk bursa Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis. Gatot mulai dikenal publik saat menjadi Kapolda Metro Jaya di momen Pemilu 2019.
Dihimpun detikcom, Senin (12/1/2021), pria kelahiran 1965 itu merupakan jebolan Akademi Kepolisian 1988. Gatot sempat menduduki sejumlah jabatan strategis sepanjang karirnya.
Di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Gatot pernah menjadi Kapolres Depok pada 2008. Setahun setelahnya, Gatot diamanahi sebagai Kapolres Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gatot juga pernah menjadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya pada 2011. Gatot kemudian dimutasi menjadi Kepala Biro Kelembagaan Tata Laksana Staf Perencanaan dan Anggaran Polri pada 2014.
Pada 2015, Gatot Eddy meraih gelar Doktor Kriminologi Universitas Indonesia (UI). Saat itu pangkatnya masih brigjen alias bintang satu.
Gatot Eddy menulis disertasi yang berjudul 'Transformasi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Menjadi Kelompok Kekerasan (Studi terhadap Kekerasan Kelompok oleh Empat Ormas di Jakarta)' dan disidangkan pada Senin (27/7/2015). Salah satu promotornya adalah guru besar UI, Prof Adrianus Meliala.
"Mengapa aktivis ormas melakukan kekerasan? Ya, karena terkait kebutuhan ekonomi. Contohnya, ketika melakukan penguasaan sebuah area lahan, yaitu untuk kebutuhan ekonomi. Dapat uang jago. Kalau ingin tuntas, pemerintah harus mampu menyediakan lapangan pekerjaan," kata Gatot Eddy dalam sidangnya.
Dikutip dari situs UI, Gatot Eddy mengungkap 3 faktor yang menyebabkan ormas melakukan aksi kekerasan, yakni terganggunya kepentingan kelompok, terganggunya identitas kelompok, dan terganggunya organisasi sosial. Adapun ormas yang menjadi subjek penelitian Gatot adalah Forum Betawi Rempug (FBR), Pemuda Pancasila, Forkabi, dan Kembang Latar.
Selanjutnya, pada 2017, Gatot diangkat sebagai Staf Ahli Kapolri bidang Sosial dan Ekonomi pada 2017. Setahun setelahnya, Gatot digeser menjadi Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kapolri.
Pada awal 2018, Gatot Eddy juga ditunjuk menjadi Kepala Satgas Nusantara. Satuan tugas dibentuk Kapolri saat itu Jenderal Tito Karnavian untuk mendinginkan isu yang berkaitan dengan politik. Peran Satgas Nusantara juga diperkuat menjelang Pemilu 2019.
"Suhu politik boleh panas, tapi jangan sampai berlebihan panasnya. Kalau melebihi panasnya, akan meledak," kata Gatot memberikan ceramah di Masjid Jami Al-Ihsan, Jl Kerinci X, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (5/6/2018).
Gatot lalu ditunjuk sebagai Kapolda Metro Jaya menggantikan Idham Azis. Saat itu Idham Azis dipromosikan menjadi Kabareskrim. Keputusan mutasi jabatan itu tertuang dalam surat telegram bernomor ST/188/I/KEP.2019 tertanggal 22 Januari 2019.
Saat menjabat Kapolda Metro, Gatot dihadapkan pada momen penting, yaitu Pemilu 2019. Selama momen itu pun gelombang aksi bermunculan.
Gatot mengajak semua pihak untuk menjaga persatuan pasca-Pemilu 2019. Gatot menegaskan perbedaan bukan halangan untuk bersatu.
"Dari perbedaan itu, untuk dijadikan kebersamaan untuk jadi Indonesia yang lebih baik, untuk Indonesia yang bisa dominan di dunia ini, bisa memainkan dalam kancah politik internasional. Besok kiamat sampai hari ini Indonesia masih akan tetap ada. Itu cita-cita kita," ujar Gatot di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (15/8/2019).
Selanjutnya, Gatot diangkat menjadi Wakapolri menggantikan Komjen Ari Dono Sukmanto. Dengan jabatan itu, Gatot resmi menyandang bintang tiga.