Kedatangan 3 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac ke Indonesia sempat diserang kabar hoax. Kabar hoax terkait Vaksin Sinovac ditepis Bio Farma hingga akhirnya mulai didistribusikan ke 34 provinsi di Indonesia.
"Betul mulai hari ini vaksin akan mulai kita distribusikan ke 34 provinsi," kata Juru Bicara Vaksin COVID-19 PT Bio Farma Bambang Herianto, dalam konferensi pers Update Target Penyelesaian Vaksinasi dan Kesiapan Vaksin COVID-19, Minggu (3/1).
Berikut sejumlah kabar soal Vaksin Sinovac:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. 10 Ribu Puskesmas-40 KKP Disiapkan Dukung Proses Distribusi
Bambang menyebut pihaknya telah menyiapkan berbagai fasilitas untuk pendistribusian vaksin tersebut. Menurutnya, 10 ribu puskesmas serta lebih dari 40 kantor kesehatan pelabuhan (KKP) di Tanah Air telah disiapkan untuk mendukung proses distribusi vaksin Sinovac.
"Semuanya sudah disiapkan untuk rantai dinginnya untuk menerima vaksin ini. Karena vaksin ini kan ini bukan program pertama kali dilakukan di Indonesia, banyak sekali program vaksinasi selama ini dan berjalan baik dilakukan oleh Kementerian Kesehatan," ujar Bambang.
Bambang memastikan pendistribusian vaksin ke seluruh provinsi di Indonesia akan melibatkan berbagai pihak terkait. Hal itu dilakukan agar perjalanan dari Bio Farma sebagai distributor utama dapat berjalan dengan baik.
"Sehingga nanti perjalanan dari Bio Farma ke puskesmas ini berjalan baik. Semua rantai dingin di 2 sampai 8 derajat insyaalah semua kita sudah siap," katanya.
"Sehingga vaksin nanti yang akan digunakan masyarakat benar-benar terjamin mutu dan kualitasnya, dan dapat dijaga rantai dinginnya, pendistribusiannya sampai dengan puskesmas atau nanti bila perlu di posyandu," sambungnya.
Empat kabar lainnya ada di halaman selanjutnya:
2. Vaksin Sinovac dalam Proses Kajian Halal di LPPOM MUI
Saat ini, vaksin Sinovac itu tengah dalam proses kajian kehalalan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
"Vaksin COVID-19 Sinovac saat ini sedang dalam proses kajian aspek kehalalannya oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI," kata Bambang.
Bambang menyebut pengkajian aspek kehalalan perlu dilakukan agar mendapatkan fatwa ulama Indonesia serta sertifikasi oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
3. Vaksin Sinovac Tak Pakai Bahan Pengawet
Bambang pun menjelaskan terkait kandungan dalam vaksin COVID-19 dari Sinovac.
"Satu virus yang sudah dimatikan, karena ini platformnya in-activated, jadi virusnya sudah dimatikan atau sudah in-aktivasi. Jadi tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan, ini diketahui termasuk cara yang umum dalam membuatkan vaksin," ujar Bambang.
Kemudian, Bambang menyebut kandungan berikutnya dalam vaksin Sinovac adalah aluminium hidroksida yang berfungsi sebagai ajudan untuk meningkatkan kemampuan vaksin tersebut. Lalu, kata dia, ada juga larutan fosfat sebagai penstabil atau biasa yang disebut dengan stabilizer.
"Dan yang terakhir kandungannya adalah larutan garam natrium klorida, atau biasa di dapur ya garam dapur NaCl. Sebagai isotonis untuk memberikan kenyamanan dan penyuntikan. Tapi tentunya garam natrium klorida ini adalah yang memenuhi standar farmaseutikal," jelasnya.
Dia memastikan bahwa vaksin Sinovac diproduksi tidak menggunakan pengawet dan tidak mengandung bahan-bahan lain, seperti boraks, formalin, ataupun mercury. Menurutnya, vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji ketat.
"Sehingga terjamin kualitas, keamanan, dan efektivitasnya di bawah pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM, dan memenuhi ini juga standar internasional," katanya.
4. Tulisan 'Clinical Trial' di Kemasan Jadi Persoalan
Bio Farma meluruskan sederet hoax soal vaksin Corona dari Sinovac yang akan digunakan di Indonesia. Salah satunya tentang unggahan yang mempersoalkan tulisan 'clinical trial' di kemasan vaksin Sinovac.
"Pemberitaan yang menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 yang akan digunakan adalah vaksin untuk uji klinis atau only for clinical trial sebagaimana yang tertulis pada kemasan vaksin adalah tidak benar," kata Juru Bicara Vaksin COVID-19 PT Bio Farma Bambang Herianto, dalam konferensi pers Update Target Penyelesaian Vaksinasi dan Kesiapan Vaksin COVID-19, Minggu (3/1).
Bambang menjelaskan bahwa 3 juta dosis vaksin Sinovac yang telah tiba di Indonesia telah dalam bentuk kemasan dosis tunggal. Menurutnya, seluruh vaksin disimpan di fasilitas penyimpanan khusus milik Bio Farma dengan suhu sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi vaksinnya, yakni 2-8 derajat Celsius.
Bambang mengatakan bahwa kemasan vaksin uji klinis menggunakan PFS di mana wadah vaksin dan jarum suntik terpisah. Sedangkan, kata dia, vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi itu dikemas dalam bentuk file single dose atau dosis tunggal.
"Jadi ada perbedaan dan sudah pasti tidak ada penandaan only for clinical trial, karena sudah mendapat izin penggunaan dari Badan POM," katanya.
5. Hoax Vaksin Sinovac Mengandung Sel Vero
Bambang juga membantah bahwa vaksin Sinovac mengandung sel vero dari kera hijau Afrika dan beberapa komponen lain yang tidak teruji kehalalannya. Menurut dia, kabar tersebut sama sekali tidak benar.
"Karena sel vero hanya digunakan sebagai media kultur untuk media kembang dan tumbuh virus, untuk proses perbanyakan virus, sebagai bahan baku vaksin. Kalau tidak ada media kultur virusnya tentu akan mati dan tidak bisa digunakan untuk pembuatan vaksin," katanya.
"Setelah mendapatkan jumlah virus yang cukup, maka akan dipisahkan dari media pertumbuhan. Sel vero ini tidak akan ikut atau terbawa sampai dengan proses akhir pembuatan. Dengan demikian pada produk akhir vaksin tidak lagi nanti mengandung sel vero tersebut," sambungnya.