"Saya ingin menunjukkan bahwa varian ini menimbulkan penyebaran lebih cepat di Inggris, misalkan kalau kita lihat grafiknya terjadi kenaikan," ujar Bambang dalam dalam konferensi pers Kamis (24/12/2020).
Ia mengatakan saat ini penyebaran VUI 202012/01 di Inggris dapat menulari lebih dari satu orang. Padahal target pemerintah Indonesia menekan penyebaran virus di bawah 1.
"Target kita adalah satu orang atau tidak ada yang ditularkan menjadi terjadi peningkatan," terang Bambang.
Ia menyebut daerah tenggara di Inggris terdampak paling parah terkait adanya penyebaran varian Corona jenis baru. Salah satunya ibu kota Inggris, London.
"Daerah Inggris tenggara, jadi termasuk London, di situ terjadi peningkatan kasus harian yang jauh lebih cepat dibandingkan kasus nasional Inggris. Jadi memang varian ini menyebabkan terjadinya peningkatan harian lebih cepat," sebutnya.
Setelah dicek oleh otoritas kesehatan Inggris, sebut Bambang, sebagian besar dari peningkatan kasus Corona di Inggris tenggara ditemukan varian baru Corona tersebut. Bahkan varian baru Corona itu ditemukan lebih dari 50 persen.
"Bahkan sampai 60 persen itu sudah mengandung varian tersebut. Jadi memang varian baru ini harus benar-benar diwaspadai," tuturnya.
Bambang juga menyoroti varian baru Corona yang muncul di negara lain, seperti Afrika Selatan dan Australia, yang disebut-sebut memicu lonjakan kasus kematian COVID-19.
"Kemudian, selain Inggris, ternyata ada kasus yang mirip ditemukan di Afrika Selatan dan Australia, mirip dalam pengertian tidak sama persis, tidak identik, tapi punya penularan yang lebih cepat," pungkasnya.
Dampak dari virus ini, kata Bambang, dapat mempengaruhi akurasi tes PCR. Hal ini berkaitan dengan pendeteksian salah satu gen.
"Dampak adanya varian ini adalah mesin pemeriksaan PCR, jadi mesin PCR itu salah satunya dia mendeteksi gen S, kalau mesin PCR-nya, diagnostiknya, menargetkan gen S, ada kemungkinan gangguan akurasi dengan adanya varian ini," pungkasnya. (isa/knv)