Teriak 'Moo' Sapi Berdatangan, Ini Uniknya Cara Beternak di Malaka

Teriak 'Moo' Sapi Berdatangan, Ini Uniknya Cara Beternak di Malaka

Inkana Putri - detikNews
Sabtu, 19 Des 2020 10:53 WIB
Jefriadi, salah seorang peternak sapi di Kabupaten Malaka, NTT. Jefriadi berhasil mengembangkan usaha peternakan sapinya atas bantuan pinjaman KUR sejak 2008.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Setiap peternak tentu punya cara tersendiri saat menggembala hewan ternaknya. Seperti halnya Jefrianus Seran, peternak asal Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, yang punya cara unik menggembala sapinya.

Jefri menjelaskan di Malaka sapi memiliki filosofinya tersendiri. Dulunya sapi sering kali dijadikan sebagai hewan adat, namun lambat laun sapi memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Mengingat pada hari raya seperti Idul Adha, permintaan sapi kian meningkat.

"Jadi sapi ini menurut nenek moyang kami, sapi sebenarnya hewan hanya untuk adat. Karena dulu adat itu kita butuh daging yang banyak maka nenek moyang kami pelihara sapi bukan hanya untuk ekonomi, tapi untuk kebutuhan sosial. Tapi ternyata berjalannya waktu jaman, ternyata sapi punya nilai ekonomi yang cukup tinggi," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam menggembala sapi, tentunya setiap peternak punya keahlian dan cara khusus. Jika kebanyakan para peternak Malaka menaruh sapinya di kandang atau mengikatnya di bawah pohon, Jefri lebih memilih untuk melepas sapi-sapinya untuk bermain agar tidak stres. Tapi uniknya, sapi-sapi tersebut akan kembali, bahkan Jefri menyebut tak pernah kehilangan sapinya.

"Itu karena dia (peternak lain) tidak bisa bagi tenaga untuk sapi, jadi dia ikat (di pohon) dan sapinya makan di sekitar situ saja. Sehingga mungkin dia punya aktivitas lain, habis dia aktivitas itu sapinya masih ada. Kalau di sini tidak, biar saja makan nanti kan dia pulang lagi. Bebas saja dia mau kemana, tapi nanti dia kembali," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Saat menggembala, Jefri memang punya cara sendiri untuk memanggil sapi-sapinya. Hanya dengan teriakan 'moo' yang menyerupai suara sapi, seluruh sapi-sapinya pun langsung berlarian datang menghampirinya. Padahal, jarak sapi-sapi Jefri bermain cukup jauh dan tak terjangkau mata.

Soal cara menggembala sapinya, Jefri mengatakan ada trik khusus yang ia lakukan kepada sapi-sapinya. Dari awal merawat sapi, Jefri selalu konsisten memberi sapi-sapinya makan saat ia dipanggil. Jika rutin dilakukan, selama 2-3 bulan sapi-sapi akan mulai terbiasa saat dipanggil.

"Jadi, sapi ini kenal kita dia butuh proses waktu yang cukup lama. Jadi, seperti sapi yang dipanggil bisa datang sendiri itu kita harus membiasakan dia. Kalau dibiasakan dia akan pintar dan tahu. Umumnya sapi, namanya binatang yang terbiasa begitu maka itu yang diikuti," katanya.

"Misalnya makanan tidak ada, terus pas kita (panggil), kita bawa makanan datang, kita biasakan. Kalau ada makanan, kita biasakan panggil mereka. Pas mereka datang, ternyata ada makanan di kandang. Dari kebiasaan-kebiasaan itu kalau mereka dengar kita bersuara, maka mereka anggap bahwa itu rumput segar maka mereka lari sendiri," imbuhnya.

Hingga saat ini, Jefri pun menjadi satu-satunya peternak di Malaka yang menggembala sapi-sapinya dengan cara unik seperti ini. Dengan begitu, ia tidak perlu khawatir kehilangan sapinya. Mengingat sapi-sapinya telah hafal suara tuannya.

"Itu kan awal-awal saya punya inisiatif cara panggilnya kayak gitu. Jadi mereka sudah tahu tuannya panggil yang model begitu, ya mereka ikuti. Saya pertama kayak gitu, lalu diulang-ulang terus akhirnya mereka tahu itu tuan saya," pungkasnya.

Sebelum memelihara sapi, Jefri menyebut dirinya hanya menggeluti usaha kebun holtikultura saja. Di tahun 2008, ia pun sempat meminjam KUR dari BRI sebanyak Rp 6 juta untuk mengembangkan usaha kebunnya, yang kemudian berkembang menjadi usaha sapi.

Melihat adanya peluang usaha sapi, Jefri kemudian meminjam kembali dari BRI sebesar Rp 200 juta pada April 2020. Jefri yang awalnya hanya punya dua sapi, saat ini pun telah memiliki lebih dari 20 sapi. Ia menjelaskan tanpa adanya bantuan itu mungkin dirinya saat ini tak menjadi pengusaha jual beli sapi.

"Dari Rp 200 juta itu kita beli sapi itu Rp 160 juta, itu untuk 2 truk. Satu truk kisaran Rp 80 jutaan karena ada perhitungan biaya operasional. Itu dari uang yang kami pinjam sehingga dia bisa berkembang. Kalau tanpa uang pinjaman ini kita hanya nonton sapi," ungkapnya.

Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, khususnya bagi masyarakat di area perbatasan Motamasin, Kabupaten Malaka.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.

(mul/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads