Banyak yang mengira kehidupan karantina di Rumah Sakit Darurat COVID (RSDC) Wisma Atlet mengerikan. Namun ternyata, ada sisi lain yang bisa ditemukan di tempat isolasi bagi penderita virus Corona (COVID-19) itu.
Seperti yang dikisahkan seorang survivor COVID, Ocha, yang dikarantina hampir 2 minggu lamanya di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Perempuan yang baru saja sembuh dari Corona itu mengungkap kehidupan pasien-pasien COVID dengan gejala ringan yang menjalani karantina di Wisma Atlet.
"Sebelumnya aku nggak pernah membayangkan harus menjalani kehidupan di RSDC Wisma Atlet. Dulu aku menganggap di sana akan sangat mengerikan, tapi ternyata tidak. Aku dan pejuang COVID lainnya hidup selayaknya orang normal," ujar Ocha dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (15/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ocha menjalani karantina di Wisma Atlet bersama sejumlah anggota keluarganya yang juga positif COVID. Ia dikarantina di Tower 7 karena memiliki gejala. Untuk pasien orang tanpa gejala (OTG), mendapat fasilitas karantina di Tower 4 dan 5.
"Aku dan keluarga datang tengah malam. Dan salut banget buat para dokter dan perawat, para tenaga kesehatan yang siap menerima kita kapan pun. Kita diperiksa dulu setelah registrasi untuk diketahui sebagai pasien dengan kategori bergejala atau tidak," cerita Ocha.
Hari-hari pertamanya berada di Wisma Atlet menjadi hari yang berat. Ocha merasa takut pada penyakit ini hingga beban secara sosial.
"Tapi setelah hari kedua dan seterusnya, beban saya sedikit demi sedikit terangkat. Aku merasa aman karena dokter dan tenaga kesehatan standby 24 jam dan peralatannya lengkap. Kita juga minum obat sesuai gejala dan vitamin 3 kali sehari. Ada kontrol rutin juga sehari 3 kali," ucap perempuan 22 tahun ini.
Ocha juga mengungkap setiap hari pasien COVID mendapat makanan sehat 3 kali sehari, termasuk buah dan snack yang baik untuk menjaga imun. Kemudian olahraga juga menjadi rutinitas bagi para pasien Corona.
"Bahkan olahraga bisa dilakukan bareng-bareng sesama pasien. Kalau pagi hampir semua pasien turun ke bawah untuk berjemur dan olahraga di sekitaran kompleks Wisma Atlet," jelas Ocha.
"Kita olahraga di pagi hari, kadang sore juga. Ada yang jalan sehat, lari, senam, main voli, futsal, dan badminton. Awalnya sendiri-sendiri, tapi kemudian karena akhirnya kenal jadi gabung. Waktu aku kemarin di sana malah ada pasien yang kebetulan instruktur senam. Jadi kita senam ramai-ramai," lanjutnya.
Dukungan tenaga kesehatan juga menjadi amunisi bagi pasien Corona. Bukan hanya dari sisi medis saja, tapi juga dukungan secara moral.
"Para tenaga kesehatan ini betul-betul luar biasa. Mereka memberi penghiburan dan semangat untuk kita. Karena kisah pasien di Wisma Atlet itu macam-macam ya. Ada banyak ibu yang meninggalkan anaknya di rumah. Ada juga yang baru saja kehilangan orang terkasihnya. Ada juga banyak anak kecil ya yang dikarantina. Para tenaga kesehatan dan relawan ini memberi penguatan dan motivasi," tutur Ocha.
![]() |
Rasa sepenanggungan sesama pasien COVID juga menjadi penguat di tempat karantina di Wisma Atlet. Ocha menyatakan pemerintah sudah memberikan pelayanan yang sangat baik untuk para pasien Corona.
"Saya tidak pernah menyesal karena memutuskan untuk isolasi di RSCD Wisma Atlet yang merupakan tempat paling proper dalam penanganan COVID-19 tanpa harus kuatir menularkan orang lain di lingkungan rumah," sebutnya.
Kisah penyintas COVID lainnya bisa disimak di halaman sebelah >>>
Seorang penyintas COVID lainnya, Neti, juga mengisahkan pengalamannya saat menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet. Awalnya, ia mengaku ketakutan saat hendak mengikuti karantina.
"Saya kira akan menakutkan berada di karantina. Tapi yang saya rasakan, pengalamannya seru dan menyenangkan berada di Wisma Atlet, dengan semua kegiatan dan semua orang yang welcome," ucap Neti saat dihubungi terpisah.
Setiap tenaga kesehatan dan relawan yang bertugas di Wisma Atlet mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap dengan hazmat. Neti pun merasa lebih aman karena potensi menularkan Corona di Wisma Atlet tidak terlalu besar.
![]() |
Selain berjemur dan berolahraga, pegawai sebuah bank swasta itu banyak melakukan kegiatan positif lainnya selama berada di karantina. Neti juga mengaku seperti mendapat keluarga baru selama karantina di Wisma Atlet.
"Setelah masuk ke Wisma Atlet dari yang pikiran aku bakal membosankan menjadi sangat menyenangkan bahkan sempet ngerasa bahwa beruntung terkena COVID karena bisa bertemu dengan keluarga yang baru," ungkap perempuan asal Lampung ini.
"Selama di Wisma Atlet, banyak kegiatan yang dilakuin, dari ngelakuin senam, joging, berjemur, badminton, bahkan berkumpul sama yang lain sambil gitaran dan bernyanyi. Harus happy agar imun kita nggak menurun kata dokter. Aku benar-benar nemuin rasa kekeluargaan selama karantina," tambah Neti.
Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet Letkol Laut drg M Arifin mengungkap konsep karantina yang menyenangkan memang dilakukan di beberapa fasilitas isolasi pasien Corona. Arifins sendiri sudah bertugas sejak awal pandemi mulai dari mengobservasi WNI dari Tiongkok di Pulau Natuna hingga mengobservasi ratusan awak kapal pesiar Diamond Princess dan World Dream di Pulau Sebaru.
"Itu sudah lamaa konsep kita mulai dari Natuna. Senam-senam juga, karaoke, voli, tenis meja. Di Pulau Sebaru juga kita buat sama. Fasilitas yang membuat imun naik karena gembira. Itu prinsip saya di lapangan," kata Letkol Arifin kepada detikcom.
![]() |
Meningkatkan imun lewat asupan nutrisi dan vitamin menjadi salah satu faktor perawatan pasien Corona. Namun menurut Letkol Arifin, pasien Corona juga harus bergembira agar imun tidak menurun.
Rencananya, Letkol Arifin akan membuat lomba bagi para pasien Corona yang sedang karantina di Wisma Atlet. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat.
"Saya besok mau buat lomba Cobra Cup untuk pasien ibu-ibu. Lomba dalam rangka menyambut Hari Ibu tanggal 22 Desember," ucapnya.
Dengan adanya lomba dan aktivitas yang menyenangkan, diharapkan pasien COVID-19 bisa segera sembuh. Pasien Corona disebut harus mendapat dukungan moril dan semangat.
"Lomba balap karung pakai daster dan lomba voli pake daster juga," sebut Letkol Arifin.