Sejumlah petani padi di sekitar Perbatasan Aruk masih terus melestarikan warisan budaya nenek-moyangnya hingga kini. Hal tersebut diketahui detikcom ketika berkesempatan mengunjungi Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
detikcom berkesempatan bertemu dengan salah satu petani padi setempat, yakni Ating (61), warga Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas yang mengatakan petani-petani di daerahnya masih kerap mengadakan kegiatan ngamping.
"Tradisi di sini udah lama dari nenek moyang juga, mulai dari dunia hidup," katanya seraya tertawa kepada detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ngamping merupakan tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat setempat, khususnya pada saat musim panen padi. Ngamping berarti membuat amping, yakni makanan yang terbuat dari beras setengah masak.
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk wujud rasa syukur masyarakat setempat kepada Sang Pencipta atas melimpahnya berkah padi dan peralatan-peralatan tani lainnya. Kegiatan ini masih rutin dilakukan oleh seluruh petani padi setempat jelang musim panen.
Pengambilan beras setengah masak yang dibuat amping ini sekaligus untuk mengawali musim panen padi. Ating mengatakan penggunaan padi setengah masak adalah sebuah keharusan.
"Harus padi yang setengah matang baru bisa dibikin itu, yang sudah matang nggak bisa, hancur berasnya sudah tua," ungkapnya.
Padi setengah masak yang didapat kemudian ditumbuk dengan lesung, kemudian biasanya diberi campuran parutan kelapa atau gula. Setelah itu jadilah amping dan bisa langsung dimakan.
Sayangnya, detikcom tak bisa langsung melihat proses pembuatan amping atau ngamping ini, sebab ketika datang ke lokasi, padi belum memasuki masa panennya, melainkan baru memasuki masa tanam.
![]() |
Selain bertani padi, Ating juga bertani karet, durian, jengkol, dan petai. Di masa pandemi ini seiring dengan ditutupnya PLBN Aruk, Ating mengaku permintaan hasil panen sawit, durian, jengkol, dan petainya menurun. Sementara hasil padi ia gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ating pun mengajukan dan mendapat kucuran dana KUR dari Bank BRI. Dana tersebut rencananya ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, khususnya untuk makan.
"Ikut KUR baru ini baru nyoba sebenarnya, dulu di koperasi," katanya.
Di ulang tahun yang ke-125, BRI dengan tema BRILian hadir di perbatasan untuk terus menyalurkan KUR agar masyarakat perbatasan bisa memanfaatkannya untuk dapat bertahan di masa yang sulit ini atau utuk mengembangkan usahanya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
(akn/ega)