Ditangkap Densus, Zulkarnaen Buron Bom Bali I Sempat Dihargai Rp 500 Juta

Ditangkap Densus, Zulkarnaen Buron Bom Bali I Sempat Dihargai Rp 500 Juta

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 12 Des 2020 21:13 WIB
Densus 88 Geledah Rumah Warga Singosari Malang
Ilustrasi / Densus 88 Antiteror saat mengamankan lokasi terkait terduga teroris (Foto: Muhammad Aminudin/detikcom)
Jakarta -

Zulkarnaen alias Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin alias Abdulrahman ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Buron teroris Bom Bali I ini ditangkap setelah jadi buron selama 18 tahun.

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menjelaskan Zulkarnaen ditangkap di Kabupaten Lampung Timur, Lampung, pada Kamis (10/12) pukul 19.30 WIB. Dia ditangkap tanpa perlawanan.

Zulkarnaen disebut punya keterlibatan di banyak aksi terorisme. Saat terjadi serangan Bom Bali I pada 2002, Zulkarnaen menjabat sebagai panglima askari (tentara) dari kelompok teroris Jamaah Islamiyah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Zulkarnaen adalah panglima askari Jamaah Islamiyah ketika Bom Bali I. Dia yang membuat unit khos yang kemudian terlibat bom Bali, konflik-konflik di Poso dan Ambon. Unit khos itu sama dengan special task force," kata Irjen Argo saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (12/12/2020).

Tim Densus 88 telah menggeledah rumah Zulkarnaen. Saat ini Zulkarnaen juga masih diperiksa secara intensif.

ADVERTISEMENT

Zulkarnaen dikenal sebagai tokoh sentral Jamaah Islamiyah yang terlibat dalam serangan bom Bali. Berdasarkan catatan detikcom, pada 2004, polisi pernah menggelar sayembara dengan hadiah Rp 500 juta bagi pihak yang memberi informasi terkait keberadaan Zulkarnaen.

Zulkarnaen lahir pada 1963 di Desa Gebang, RT 12, RW 6, Masaran, Sragen. Dia mempunyai lima orang anak dari hasil pernikahannya dengan Rahayuningtyas.

Dia mengenal istrinya saat menjadi santri di Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo. Dia menjadi santri sejak lulus dari SDN Gebang II hingga tamat madrasah aliyah (MA).

Setamat dari Al-Mukmin, dia melanjutkan belajar di Jurusan Biologi UGM, Yogyakarta, namun tidak tamat. Semenjak itu, para tetangganya di Gebang mengaku jarang melihat Zulkarnaen.

Haris Santoso, adik ipar Zulkarnaen, yang tinggal serumah dengan Rahayuningtyas di Ngruki, juga mengaku bahwa semenjak jadi buron, kakak iparnya itu tidak pernah mengirim kabar.

Haris cuma tertawa saat diberi tahu bahwa kakak iparnya kini 'dihargai' Rp 500 juta. Dia enggan memberikan komentar mengenai sayembara itu.

"Nanti saja komentarnya. Mbak Ning (istri Zulkarnaen) juga belum tahu kabar tentang sayembara itu. Saya akan memberi tahu dia dulu, biar tidak kaget kalau dengar berita," papar Haris kepada detikcom, Rabu (15/9/2004) malam.

Zulkarnaen disebut-sebut memiliki kemampuan lengkap, mulai merakit bom, ahli fisika (untuk meramalkan efek ledakan), dan ahli kimia untuk menciptakan bahan-bahan bom, termasuk kemampuan merekrut pengikut, sehingga figurnya sangat ditokohkan.

Zulkarnaen, yang juga punya nama lain Daud alias Arif Sunarso, diduga berperan sebagai penanggung jawab seluruh operasi teror JI. Dia juga Ketua Dewan Askari atau pimpinan kelompok bersenjata Jamaah Islamiyah, namun dia bukanlah eksekutor lapangan, melainkan penanggung jawab aksi teror.

Ditengarai beberapa aksi peledakan bom yang mendapatkan restu Zulkarnaen antara lain Bom Bali I pada 2002 yang menewaskan 202 orang. Juga peledakan bom di Hotel JW Marriott pada 2003, serta peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, pada September 2004.

Halaman 2 dari 2
(jbr/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads