Eri Cahyadi: Tak Ada Minoritas & Mayoritas di Surabaya untuk Beribadah

Eri Cahyadi: Tak Ada Minoritas & Mayoritas di Surabaya untuk Beribadah

Nurcholis Ma'arif - detikNews
Sabtu, 05 Des 2020 22:25 WIB
Eri-Armudji
Foto: Istimewa
Jakarta -

Calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Calon Wakil Wali Kota Armudji menegaskan untuk terus menjaga Surabaya sebagai kota yang penuh dengan nilai-nilai toleransi. Semua warga harus nyaman dan aman dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.

"Tidak ada minoritas dan mayoritas di Surabaya untuk beribadah. Kota Surabaya menjadi kota yang nyaman bagi semua kalangan, karena Surabaya menjadi barometer persatuan Indonesia," ujar Eri Cahyadi dalam keterangannya, Sabtu (5/12/2020).

Dalam debat publik tahap III Pilkada Surabaya, Eri bakal menggandeng berbagai elemen agar Surabaya terus menjadi kota yang nyaman dan damai untuk menekan penyebaran paham radikal. Dengan kerja sama lintas elemen, Surabaya bakal menjadi kota yang guyub, damai, dan berbineka dengan saling menghargai perbedaan yang ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan membangun kerja sama dengan ormas keagamaan moderat, pesantren, Dewan Masjid, para tokoh lintas agama, tenaga pendidik mulai SD sampai perguruan tinggi untuk memberi pembelajaran toleransi," ujarnya.

Eri-Armudji juga berkomitmen menekan penyebaran paham yang intoleran dan radikal. Di berbagai lini atau sektor, tidak boleh ada penyebaran paham radikal.

ADVERTISEMENT

"Kita akan membersihkan kantor pemerintahan, mal, dan perumahan dari kelompok-kelompok radikal Kita memastikan kehadiran negara untuk memperkecil ruang gerak penjajah ideologi radikalisme," ujarnya.

Eri juga akan memantapkan wadah kerja sama lintas agama, tempat semua kalangan bersama-sama membangun kesepahaman untuk mewujudkan Surabaya yang damai dan guyub.

"Kita bentuk suatu wadah tempat berkumpul tokoh. Para kiai, romo, pemuda gereja, tokoh Hindu, tokoh Buddha, pemuda masjid, berbagai kelompok lintas agama, dan para penghayat kepercayaan. Berbeda itu biasa, berbeda itu hal yang lumrah. Tapi yang terpenting adalah NKRI, dan NKRI itu harga mati," tegas Eri.

"Ini yang akan menekan radikalisme. Semua merasa nyaman dan tentram. Kita menolak radikalisme. Budaya Indonesia itu santun, ramah, toleran," imbuh Armudji.

(mul/mpr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads