Pemerintah Desa Pesanggrahan dan masyarakat dibantu Bhabinkamtibmas dari Polda NTB serta Babinsa dari TNI membuat 'kampung sehat' dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19 dari level desa/kampung. Secara intens masyarakat yang datang dari luar daerah atau luar negeri terlebih dahulu harus dicek suhu tubuhnya, memakai masker, dan cuci tangan di tempat yang telah disediakan.
Kendaraan yang melintas di pintu masuk gerbang Desa Pesanggrahan harus disemprot disinfektan oleh TGC yang berjaga. Protokol kesehatan tidak hanya berlaku bagi masyarakat, namun juga aparat kepolisian dan TNI serta jajaran Pemerintah Lombok Timur yang datang ke Desa Pesanggrahan.
"Kampung sehat adalah konsep menjalankan kembali kehidupan yang normal dengan gaya baru, gaya yang disesuaikan dengan keadaan. Yang biasa kerja tanpa masker, harus pakai masker. Yang biasanya berdesak-desakan harus jaga jarak," ujar Kepala Desa Pesanggrahan, H. Badrun dalam keterangan tertulis, Selasa (1/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut desanya telah berkali-kali dihadapkan pada situasi paling sulit, namun tetap bisa beradaptasi, bertahan, bahkan menyeimbangkan diri lagi. Pihaknya percaya Desa Pesanggrahan terlahir bukan sebagai desa tengeng yang harus bersembunyi dan menangisi diri dengan rasa takut, namun terlahir sebagai desa petarung yang mampu melewati badai sebesar apapun. Menurutnya hanya ada dua pilihan, yakni kampung sehat atau kampung mati.
Selain itu guna mencegah COVID-19, Kepala Desa Pesanggrahan bersama perangkat desa dan masyarakat membentuk tim gerak cepat (TGC) Pemantau COVID-19 Desa Pesanggrahan. TGC bertugas menyosialisasikan fogging atau penyemprotan disinfektan pada sarana ibadah, pendidikan, dan rumah penduduk.
Selain itu TGC juga berfungsi untuk memantau warga yang baru pulang dari luar wilayah dan melaporkan ke tim medis untuk mendapatkan pemeriksaan dan diimbau untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing. Pemerintah Desa Pesanggrahan menganggarkan dana untuk penanganan COVID-19 dari dana desa sesuai peraturan yang dikeluarkan Kemendes.
TGC diketuai kepala desa dengan wakil ketua dari unsur BPD, beranggotakan 2 Badan Keamanan Desa (BKD), 11 kepala wilayah 32 ketua RT, 55 kader, dibantu tenaga medis dari pusat kesehatan masyarakat, dan juga bersinergi dengan Bhabinkamtibmas serta Babinsa.
Pemerintah Desa Pesanggrahan juga punya cara memotivasi warganya agar tetap produktif dan aman di tengah pandemi COVID-19. Tak hanya fokus mengedukasi warganya agar tetap mematuhi himbauan pemerintah dengan mengikuti protokol kesehatan, tapi Pemdes pula menyiapkan berbagai fasilitas kesehatan, seperti thermo gun, fasilitas cuci tangan dan ribuan masker.
"Saat kasus COVID-19 melonjak, Kita perketat pintu masuk desa. Setiap warga atau pengunjung yang masuk kita periksa suhu tubuhnya dan sempat kita berlakukan pintu keluar masuk desa, satu pintu", ungkapnya.
Ia juga mengatakan Pemerintah Desa Pesanggrahan mendorong warga beradaptasi dengan situasi panemi ini, karena tidak mungkin warga hanya tetap berdiam diri di rumah tanpa melakukan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Meski di tengah pandemi mereka harus tetap produktif dengan catatan tetap aman dengan cara mengikuti protokol kesehatan", katanya.
Oleh sebab itu menurutnya dengan kampung sehat, seluruh potensi yang ada di wilayahnya terus didorong bergerak membangkitkan semangat warga sehingga bisa produktif dan tetap aman. Contohnya seperti aspek ketahanan pangan, menurutnya desa ini punya potensi yang melimpah di sektor pertanian dan perikanan.
"Saat pandemi, lumbung pangan kita fungsikan optimal. Warga kita siapkan beras 4 sampai 5 ton, dengan harga terjangkau dan waktu pembayaran kapan mereka punya uang," jelasnya.
Badrun mengatakan upaya ini dilakukan untuk meringankan beban warga di tengah kesulitan ekonomi dan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dalam menghadapi dampak pandemi terkait ketahanan pangan, Desa Pesanggrahan yang memiliki luas 547 hektare memiliki lahan pertanian seluas 355 hektare dengan pola tanam padi palawija dengan rata-rata hasil panen 5 ton per hektare. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menyimpan padi pada lumbung, selain aman juga untuk melindungi dari serangan tikus.
Sementara itu, Komunikasi Publik TGC Desa Pesanggrahan di bawah pimpinan Kepala Desa Pesanggrahan menyampaikan dampak dari COVID-19 kepada masyarakat, termasuk di sektor pangan. Guna meminimalisir dampak pandemi pada sektor ketahanan pangan, Bhabinkamtibmas dan Babinsa mengingatkan bersama-sama mengimbau masyarakat agar memanfaatkan lahan kosong termasuk pekarangan rumah untuk bercocok tanam, baik sayur-sayuran, buah-buahan, dan segala jenis tumbuhan yang tergolong rumpun obat-obatan.
Dalam sektor pertanian terkait ketahanan pangan, TGC Desa Pesanggrahan, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa mengerahkan kelompok-kelompok tani yang tergabung dalam GAPOKTAN Lereng Rinjani untuk mempertahankan hasil panen dengan tidak tergantung pada pupuk kimia dan membiasakan pada budaya orangtua terdahulu untuk menggunakan pupuk kompos. Selain itu dalam pengolahan lahan pertanian dan hasil panen, diarahkan juga pada peningkatan kemampuan para anggotanya dalam mengembangkan agribisnis sehingga menjadi lebih kuat dan mandiri.
Sebelum pandemi COVID-19 melanda Indonesia, Pemerintah Desa Pesanggrahan telah lebih dulu membentuk kelompok wanita tani (KWT) dan memberikan anggaran untuk pembinaan dan pelatihan. Desa Pesanggrahan memiliki 8 KWT, salah satunya adalah KWT Bunga Anggrek yang diketuai ibu rumah tangga, Ayuni. Ayuni juga bergerak di bidang UMKM yang memproduksi anyaman ketak dengan penghasilan rendah.
Melalui KWT Bunga Anggrek, Badrun memberikan pembinaan dan pelatihan serta anggaran dalam mengembangkan usaha. KWT Bunga Anggrek yang sekarang beranggotakan 32 orang telah menjadi industri rumah tangga yang memproduksi anyaman ketak di setiap rumah anggotanya dan berpenghasilan rata-rata Rp 1,5 juta per bulan.
Ibu rumah tangga juga tidak perlu dikenalkan pada praktek ekoefisiensi (perbaikan lingkungan) dalam menghadapi dampak COVID-19. Pembinaan bagi ibu rumah tangga melalui KWT yang sudah dijalankan berdampak positif dan mampu terhindar dari dampak COVID-19 pada sektor ketahanan pangan. Upaya penguatan ketahanan pangan keluarga juga dinilai perlu ditingkatkan di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini sehingga bisa mencegah stunting.
Menurutnya gaya hidup hijau (new normal), yakni perilaku yang bersih, ramah lingkungan, perlu dibudayakan dan dijadikan trend baru. Gaya hidup hijau selain bersih lingkungan juga sarat nilai sosial dan kesehatan. Aspek lainnya, sosial ekonomi masyarakat terus digerakkan. Melalui sejumlah kelompok usaha dan KWT, Pemerintah Desa Pesanggrahan mendukung mereka untuk bisa membantu perekonomian warga yang terdampak pandemi.
"Ada satu kelompok kita, anyaman ketak, mereka bisa pekerjakan 32 orang selama pandemi dan ini sangat membantu warga. Belum lagi, soal keamanan. Ini menjadi konsen pemdes untuk mewujudkan kamtibmas. Ada 11 Poskamling yang dibangun di tiap dusun 5 diantaranya dibangun secara permanen di beberapa titik strategis," ujarnya.
Ia menilai dengan berbagai upaya ini diharapkan Desa Pesanggrahan bisa menjadi kampung sehat (sehat, ekonomi, harmonis, asri, dan tangguh) menurut tatanan baru. Di Lomba Kampung Sehat Tingkat Provinsi, Desa Pesanggrahan menyabet juara 2 dan saat ini Desa Pesanggrahan sedang membangun wirausaha Berbasis Teknologi Tepat Guna yang tenaga pelatihnya didatangkan khusus untuk anggota wirausaha tersebut. Hingga saat ini sudah terdata 42 orang yang direkrut dari warga atau pemuda setempat yang belum memiliki pekerjaan tetap.
(ega/ega)