Ketum MUI Miftachul Akhyar Bicara Zaman Ketidakpastian: Berita Hoax Jadi Acuan

Ketum MUI Miftachul Akhyar Bicara Zaman Ketidakpastian: Berita Hoax Jadi Acuan

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Jumat, 27 Nov 2020 11:57 WIB
Ketum MUI Miftachul Akhyar
Foto: Ketum MUI Miftachul Akhyar (Tangkapan Layar YouTube Wakil Presiden RI)
Jakarta -

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar bercerita tentang zaman yang penuh dengan ketidakpastian. Dia menyebut pada zaman itu seringkali terjadi fitnah dan berita bohong.

Menjabat sebagai Ketum MUI adalah amanah yang besar bagi Miftachul Akhyar. Terlebih saat ini, Miftachul menyebut dunia ada pada zaman ketidakpastian.

"Sebagaimana kita maklumi saya mendapat kepercayaan amanah yang besar, amanah yang berat ini bukan berarti saya ini lebih baik dari pada yang lain, justru saya ini yang lebih terbebani dari pada yang lain. Karena saat ini bukan hanya anak bangsa, tapi dunia sedang menanti kiprah dan apa yang akan kita suguhkan kepada mereka di dalam menghadapi era teknologi, disebut dengan zaman vuca, zaman ketidakjelasan ini," kata Miftachul Akhyar dalam siaran YouTube Wakil Presiden RI, Jumat (27/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Miftachul Akhyar kemudian menceritakan hadis Nabi Muhammad SAW tentang akhir zaman. Sebelum akhir zaman sebut Miftahcul Ahkyar, manusia mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi.

"Rasulullah SAW pernah mengatakan hari itu sudah diramalkan dengan ramalan suci Rasulullah SAW bahwa kiamat belum akan diselenggarakan sebagai penutup di dunia ini sehingga akan datang suatu masa di mana seseorang tidak tahu apa motivasinya dalam kehidupannya. Apa penggerak, apa penyebabnya, mereka hanya ikut dan terpengaruh dengan situasi dan kondisi. Sehingga disebutkan seorang membunuh tapi dia tidak tahu apa motivasi dia membunuh, yang terbunuh pun tidak tahu apa penyebabnya dia sampai dibunuh," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Pada zaman ketidakpastian itu, Miftachul menyebut manusia saling merasa paling benar. Sehingga terjadinya gonjang-ganjing.

"Sehingga sahabat bertanya, kenapa itu bisa terjadi, apa penyebabnya. Rasulullah menjawab suatu ketidakpastian, suatu zaman yang gonjang-ganjing, zaman menipisnya antara yang hak dan batil, sehingga terjadi pergolakan yang dia tidak tahu motivasinya, hanya yang ada masing-masing menyatakan kebenaran. Lalu Rasul mengatakan keduanya masuk neraka," jelasnya.

Menurut Miftachul Akhyar, terjadinya kegaduhan itu lantaran tidak adanya pihak yang ingin mencari kebenaran. Dia juga menyinggung pemimpin yang percaya dengan berita bohong atau hoax.

"Kenapa sampai demikian? Karena saat itu tidak ada upaya untuk mencari kebenaran yang hakiki. Untuk mencari sebuah penjelasan karena yang menjelaskan sudah hampir punah, hampir tidak ada. Di masa-masa kita kehilangan. Di mana kita kehilangan seorang pemimpin bahkan pemimpinnya pun banyak yang ikutan dalam situasi-situasi semacam itu. Berita-berita hoax sudah menjadi acuan mereka," tutur dia.

Selain itu, di zaman ketidakpastian itu fitnah sering terjadi. Bahkan fitnah sudah melekat pada diri manusia ibaratkan pakaian.

"Bahkan sahabat (Nabi) Abdullah Bin Abbas mengatakan, bagaimana kala fitnah ini sudah seperti pakaian yang kau kenakan, melekat di mana-mana. Seorang tua hidup sampai mencapai ketuanya dalam fitnah itu, anak kecil tumbuh dalam fitnah sehingga fitnah dianggap fitnah," tutur dia.

Tanda-tanda zaman ketidakpastian itu kata Miftachul sudah mulai muncul saat ini. Sehingga ulama mengemban tugas berat dalam membimbing umat.

"Manakala ada seorang alim yang mengupayakan memberikan pencerahan tentang fitnah, 'tinggalkan fitnah itu', malah dia dituduh melakukan sebuah bid'ah. Saat-saat ini, tanda-tanda semacam ini sudah ada di tengah... Betapa beratnya tugas para alim ulama," kata dia.

Miftachul mengatakan ulama adalah pewaris nabi yang bertugas untuk membimbing umat untuk menjalankan tugas secara benar. Jati diri ulama itu harus dikembalikan.

"Ulama adalah pewarisnya para Nabi, sungguh mulia luar biasa antar pewaris dan yang mewarisi. Nilai-nilai ulama yang seperti inilah yang saat ini kita angkat kembali. Bagaimana jati diri dari pada ulama. Yang mendapatkan sebuah amanah untuk menggerek bendera Islam secara benar. Dan nantinya kita-kita ini diharapkan menjadi saksi alam," sebutnya.

Halaman 2 dari 2
(lir/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads