Satgas COVID-19 menyampaikan persentase kasus aktif di tingkat nasional. Dari data per 22 November, kasus aktif mencapai 12,78 persen atau turun 0,05 persen dari pekan sebelumnya.
"Persentase kasus aktif di tingkat nasional, hingga tanggal 22 November 2020 angka kasus aktif mencapai 12,78 persen atau turun 0,05 persen dari minggu sebelumnya," kata jubir Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube Setpres, Selasa (24/11/2020).
"Angka ini cenderung mendatar yang menandakan bahwa laju penurunan kasus aktif terhenti atau dengan kata lain penularan tidak terkendali dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Masih belum terkendalinya kasus aktif nasional disebabkan oleh liburan panjang dan kegiatan yang menimbulkan kerumunan," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wiku meminta kepala daerah menegakkan disiplin protokol kesehatan dan memberikan sanksi pada masyarakat yang melanggar protokol kesehatan. Sementara itu, kerja sama antara pemerintah dan masyarakat juga dinilai sebagai kunci utama menekan kasus aktif di tingkat nasional.
"Saya meminta kepada pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan, sosialisasi, penegakan disiplin dan pemberian sanksi kepada masyarakat yang masih abai terhadap protokol kesehatan tanpa pandang bulu," kata Wiku.
Sementara itu, persentase kematian di tingkat nasional menurun menjadi 3,19 persen. Wiku mengapresiasi tenaga medis yang berupaya memberikan pelayanan terhadap pasien COVID-19.
"Kami mengapresiasi setinggi-tingginya tenaga kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan, serta yang sudah bekerja keras memberikan perawatan intensif yang berkualitas sehingga mampu menekan persentase kematian di tingkat nasional," ujarnya.
"Kami juga mengapresiasi kepada masyarakat yang sudah berinisiatif dan berkenan memeriksakan dirinya sebagai upaya deteksi dini yang berkontribusi pada meningkatnya peluang kesembuhan," ujarnya.
Lebih lanjut Wiku juga menyampaikan tren kesembuhan, per tanggal 22 November persentase kesembuhan mencapai 84,03 persen. Wiku mengatakan angka kesembuhan sejalan dengan peningkatan testing. Jika dideteksi awal, dapat ditangani secara cepat.
"Trend kesembuhan yang sempat mengalami penurunan pada bulan November, saat ini sedang berangsur meningkat, per tanggal 22 November persentase kesembuhan mencapai 84,03 persen. Angka kesembuhan harus terus ditingkatkan diawali dengan peningkatan testing," ujar Wiku.
"Mereka yang hasil tesnya positif harus segera mendapatkan penanganan yang baik di fasilitas kesehatan. Melalui penanganan kesehatan yang sesuai standar, maka angka kesembuhan ini dapat terus ditingkatkan," ujarnya.
"Oleh karena itu, saya meminta kepada masyarakat untuk jangan takut melakukan testing jika mengalami gejala COVID-19 sebagai deteksi awal untuk memastikan status kesehatan. Semakin awal tes yang dilakukan maka treatment juga dapat dilakukan secara cepat sehingga meningkatkan peluang kesembuhan," ujar Wiku.
Wiku menyebut saat ini Indonesia masih mengejar target testing WHO. Berdasarkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta jiwa, diperlukan pelaksanaan testing sebesar 267 ribu orang per minggu. Namun pada beberapa waktu lalu terjadi fluktuasi jumlah testing akibat kondisi libur, jumlah dan kapasitas laboratorium, SDM tenaga kesehatan, ketersediaan reagen dan kondisi geografis Indonesia.
"Tren jumlah testing juga sempat menurun di hari tertentu, khususnya hari libur, hal ini tentu sangat kami sayangkan terlebih pandemi COVID-19 tidak mengenal hari libur. Saya minta pemerintah daerah setempat memperbaiki mekanisme operasional laboratorium melalui penambahan jumlah sif laporan dengan pemberian intensif yang sepadan, perlu adanya pemeriksaan terkait kesesuaian jenis reagen dengan alat testing yang digunakan," katanya.
Wiku mengatakan, sejak awal Juni hingga minggu ketiga Oktober 2020, terlihat ada tren peningkatan testing. Akan tetapi sempat terjadi penurunan pada 2 pekan setelahnya, kemudian kembali meningkat hingga pekan ini hingga hampir mencapai target WHO di angka 86,25 persen pada minggu kedua November 2020.
"Testing terus ditingkatkan hingga minggu ketiga bulan November 2020, testing yang dilakukan sudah mencapai sekitar 239 ribu atau 88,6 persen. Ini adalah angka tertinggi yang pernah kita capai. Kita harus terus meningkatkan jumlah testing hingga tercapai target WHO," ujarnya.
Dia meminta kepala daerah melaksanakan sanksi tegas bagi warga yang menolak dilakukan tes. Diketahui sebelumnya, terjadi penolakan tes deteksi COVID-19 di sejumlah daerah.
"Kami meminta pemerintah daerah untuk menerapkan sanksi bagi masyarakat yang tidak mau atau menolak dites untuk benar-benar menjalankannya secara ketat tanpa pandang bulu," kata Wiku.