Gerindra Bingung Anies Baca 'How Democracies Die' Diributkan

Gerindra Bingung Anies Baca 'How Democracies Die' Diributkan

Rahel Narda Chaterine - detikNews
Senin, 23 Nov 2020 19:33 WIB
Sufmi Dasco Ahmad (Rahel Narda Chaterine/detikcom).
Sufmi Dasco Ahmad (Rahel Narda Chaterine/detikcom)
Jakarta -

Unggahan foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat sedang membaca buku berjudul 'How Democracies Die' di media sosial menjadi sorotan. Ketua Harian Partai Gerindra Dasco Sufmi Ahmad menilai unggahan Anies sebagai hal yang biasa saja.

"Ya saya pikir yang di-upload Pak Anies itu biasa saja kan karena itu mungkin lagi santai-santai di hari Minggu," kata Dasco di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/11/2020).

Menurut Dasco, unggahan Anies tersebut terlalu jauh jika dikaitkan dengan sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki sistem demokrasi dan konstitusi tersendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi, kalau kemudian mengaitkan dengan sistem demokrasi di Indonesia saya pikir juga terlalu jauh," ucap Dasco.

"Karena sistem demokrasi di Indonesia mempunyai sistem sendiri, mempunyai konstitusi sendiri, sehingga terlalu jauh kalau dikait-kaitkan dengan buku yang dibaca pada hari Minggu itu," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Dihubungi secara terpisah, Waketum Partai Gerindra Habiburokhman meminta publik agar melulu meributkan gestur politikus. Sebab, ia menilai interpretasi mengenai unggahan Anies tidak akan ada habisnya.

"Saya bingung kenapa orang baca buku gitu doang kok diributin. Jangan semua gestur politisi dipolitisir. Repot kalau dipolitisir, satu pihak bilang Anies mengkritisi situasi saat ini, pihak lain bisa bilang Anies belajar bagaimana membunuh demokrasi, nggak akan ada habisnya dan tentu nggak produktif," kata Habiburokhman.

Anggota Komisi III DPR RI ini juga meminta agar Anies, sebagai pejabat publik, dinilai dari kinerjanya. Terlebih saat ini, rakyat menantikan kinerja Anies dalam mengatasi pandemi COVID-19.

Wakil Ketua MKD DPR, Habiburokhman.Habiburokhman (Rolando/detikcom)

"Sebagai pejabat negara, hendaknya Pak Anies kita nilai dari kinerjanya. Kita boleh kritik atau beri apresiasi kepada beliau hanya dengan acuan kinerja. Perlu digarisbawahi, saat ini rakyat menantikan kerja konkrit kita dalam mengatasi pandemi dan dampaknya," ujarnya.

Diketahui, pagi kemarin Anies mengunggah foto diri memakai baju koko berwarna putih dan sarung berwarna cokelat. Di situ, Anies terlihat sedang berfokus membaca buku berjudul 'How Democracies Die' sambil duduk menyilangkan kaki. Ia duduk di depan rak buku yang menjadi latar belakangnya.

Sebagai informasi, buku 'How Democracies Die' merupakan karya penulis profesor Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Buku tersebut membahas beberapa pemimpin di dunia yang terpilih melalui Pilpres tetapi lekat dengan label 'diktator'.

Apa isi buku ini selengkapnya? Baca di halaman selanjutnya>>>

Dalam bukunya, mereka mencatat bahwa kemunculan beberapa pemimpin diktator justru merupakan hasil dari pemilu. Demokrasi mati bukan karena pemimpin diktator yang memperoleh kekuasaan lewat kudeta, melainkan justru yang menang melalui proses pemilu.

Setidaknya hal ini mereka catat saat Donald Trump, yang diusung oleh Partai Republik, menang pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2016. Trump unggul atas kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Padahal banyak lembaga survei lokal yang memprediksi kekalahan Trump. Trump diduga kuat menang karena berhasil memainkan isu rasisme kulit hitam dan menebarkan ketakutan melalui hoax.

Begitu terpilih, Trump langsung mengeluarkan pernyataan kontroversial yang semakin memunculkan kesan dia sebagai diktator. Beberapa di antaranya pernyataan perang yang diumumkan lewat akun Twitter pribadinya, rencananya membangun tembok perbatasan Meksiko-Amerika Serikat; kebijakan luar negeri Korea Utara dan Afganistan yang memicu perang; reformasi pajak; sikapnya arogan pada media yang mengkritiknya, ketidakpercayaannya pada fenomena perubahan iklim; hingga yang paling kontroversial soal pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pada buku 'How Democracies Die', selain di Amerika Serikat, Brasil, Filipina, dan Venezuela, fenomena 'soal pemimpin yang menang pemilu namun terkesan diktator' ini terjadi di beberapa negara lain, misalnya Peru, Polandia, Rusia, Sri Lanka, Turki, dan Ukraina.

Halaman 2 dari 2
(hel/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads