Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan para pendiri bangsa menempatkan rakyat pada kedudukan tertinggi. Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, rakyat seharusnya memiliki hikmat dan kebijaksanaan ketika memilih.
Oleh karena itu nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai persatuan, nilai-nilai permusyawaratan, dan nilai keadilan sosial agar menjadi landasan ketika rakyat memilih pemimpin.
"Di Indonesia kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Rakyat memiliki hak kedaulatan untuk memilih presiden, gubernur, bupati, wali kota, anggota DPR, DPRD, DPD. Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, rakyat seharusnya memiliki hikmat dan kebijaksanaan ketika memilih," kata Gus Jazil, sapaan Jazilul Fawaid, dalam keterangannya, Kamis (19/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu diungkapkannya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada Karang Taruna Kurau Barat yang berlangsung di Warkop Lempah Kuning Aswaja, Desa Kurau Barat, Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Rabu (18/11).
Menurut Jazilul, seringkali terjadi kedaulatan yang dimiliki rakyat dipertukarkan dan ditransaksikan sehingga marak money politic atau politik uang.
"Makna sila keempat adalah rakyat pemegang kedaulatan di negara ini. Kalau terjadi money politic itu bukan salah pemimpinnya saja, tapi rakyat ikut salah. Tugas paling berat dari menegakkan demokrasi adalah menghilangkan parasit atau penyakitnya. Salah satunya adalah money politics," papar politisi PKB ini.
Jazilul juga mengingatkan bahwa setiap warga negara harus mengerti rukun bernegara. Salah satunya dengan nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
"Menjadi warga negara yang baik harus mengerti nilai-nilai apa yang dipegang oleh kita sebagai warga negara Indonesia, terutama Pancasila," ujarnya.
"Bahwa warga negara Indonesia tidak boleh melupakan Ketuhanan yang Maha Esa. Semua nilai-nilai harus berlandaskan Ketuhanan yang maha Esa. Karena itu saya mengingatkan kepada pemimpin dan calon pemimpin, ketika dia memimpin, jangan lupa bahwa nilai pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Apapun yang dilakukan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa Pancasila telah mempersatukan Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, adat istiadat, berbagai pulau, berbagai pikiran, dan bahasa. Konteks inilah yang menjadi alasan pentingnya untuk memahami dan mempraktikkan Empat Pilar MPR.
"Itulah yang mempersatukan Indonesia. Kalau ada yang mau mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain, Indonesia pasti runtuh. Misalnya komunisme mau mengganti Pancasila. Indonesia pasti runtuh, karena Pancasila mengandung nilai-nilai yang mempersatukan," ujarnya.
"Program sosialisasi Empat Pilar MPR menjadi penting karena kita saat ini menghadapi perang ideologi dan informasi, globalisasi, dan modernisasi. Ada kelompok yang kemudian menjadi sangat radikal, sangat keras, anti ini dan itu. Itu menjadi tidak Pancasilais. Karena budaya Pancasila adalah budaya dialog. Jadi akar budaya kita adalah budaya dialog, bukan budaya konflik," jelasnya.
Terakhir, ia menambahkan Indonesia dibangun oleh permusyawaratan dan dialog antarwarganya. Makanya jika Empat Pilar tidak disosialisasikan, dikhawatirkan ada kelompok yang ingin benar sendiri.
"Jika Empat Pilar tidak disosialisasi, takutnya ada kelompok yang ingin benar sendiri, menang sendiri. Ini berbahaya. Makanya dilakukan sosialisasi Empat Pilar MPR," tuturnya.
(ega/ega)