Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendeklarasikan program Desa Ramah Perempuan dan Layak Anak. Program tersebut dibuat untuk menjawab masalah-masalah kekerasan terhadap perempuan di bawah umur.
Deklarasi dibacakan secara bersamaan oleh Menteri Desa Abdul Halim Iskandar dan Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Puspayoga. Selain dibacakan, teks deklarasi juga ditandatangani oleh kedua Menteri mewakili kementerian masing-masing.
"Berkomitmen mewujudkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak," demikian penggalan teks deklarasi yang dibacakan oleh Gus Menteri dan I Gusti Ayu Bintang di Grand Sahid, Jakarta, Rabu (11/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diungkapkan Abdul Halim program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak digaungkan untuk menjawab masalah-masalah, seperti kekerasan seksual terhadap perempuan di bawah umur.
"Memang kekerasan seksual di lebih tinggi, namun kekerasan di desa cenderung pada pemerkosaan atau seksual kontak, sementara di kota cenderung pada pelecehan tanpa kontak seksual," ulas Abdul Halim.
Masalah lain yang banyak ditemui, yakni banyaknya perempuan muda antara usia 15-19 tahun di desa yang sudah melahirkan. Hal itu membuat peluang remaja desa untuk lebih sehat dan lebih berkembang masih rendah daripada remaja kota.
Begitu juga di dunia kerja, distribusi jabatan manager pada perempuan hanya berada di angka 30,63 persen sedangkan laki-laki di posisi 69,37 persen. Persentase kursi parlemen untuk perempuan juga masih jauh meskipun undang-undang telah memberi ruang hingga 30 persen.
"Artinya, posisi perempuan dalam ruang publik dan penentu arah pembangunan masyarakat masih rendah. Belum ada kesetaraan gender dalam ruang publik," timpal Abdul Halim.
Menurut Abdul Halim kesempatan untuk bersekolah SMA dan sederajat cenderung lebih tinggi didapatkan oleh perempuan. Kesempatan perempuan berada pada angka 68,06 persen, sedangkan laki-laki 82,03 persen. Berkaca dari data tersebut, seharusnya perempuan lebih siap memasuki dunia kerja.
Program Desa Ramah Perempuan, kata Abdul Halim, dibuat untuk memberikan perhatian khusus kepada perempuan sebagaimana tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan, yang akan menjadi role model pembangunan desa.
Ia menambahkan, selain mendapat dukungan dari beberapa organisasi perempuan, Program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak juga mendapat apresiasi dari pemerintah Australia dan United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB.
(ega/ega)