Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar Andre Rosiade menyebut hasil survei Pilgub Sumbar versi Poltracking sebagai lucu-lucuan karena menyatakan paslon Mulyadi-Ali Mukhni itu unggul mutlak dari pesaingnya sampai 49,5 persen. Menanggapi hal itu, Poltracking menyebut boleh saja setiap orang memiliki pendapat berbeda.
"Soal ada pihak yang berbeda pandangan, saya kira itu wajar dan hak yang bersangkutan. Pada Pilkada 2018, di beberapa daerah, ada banyak survei yang berbeda hasilnya dengan Poltracking, ada juga pihak yang menyanggah hasil survei kami, tapi akhirnya setelah pemilihan, KPU mengumumkan pemenangnya sama dengan hasil survei Poltracking," kata Manajer Riset Poltracking Indonesia, Masduri, dalam keterangannya, Kamis (5/11/2020).
Ia meminta pihak-pihak melihat hasilnya setelah pemilihan. Masduri menyebut survei yang dilakukannya sudah dilakukan dengan ketat dan menjaga akurasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Poltracking Indonesia melakukan survei dengan sangat ketat, baik secara metodologi maupun kerja tim peneliti dalam proses wawancara dan olah data. Kami kawal ketat. Verifikasinya berlapis," kata
Lebih lanjut Masduri mengatakan pihaknya telah menjaga kredibilitas dalam proses survei tersebut. Selain itu, ia sadar lembaga survei juga dituntut untuk menjaga kepercayaan publik.
"Survei Poltracking sangat menjaga akurasi dan kredibilitas. Kami sadar, sebagai lembaga survei, kepercayaan publik adalah masa depan kami," ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar Andre Rosiade menganggap hasil survei Pilgub Sumbar ala Poltracking sebagai lucu-lucuan. Bahkan, anggota DPR RI ini menyebut hasil yang menyatakan Mulyadi-Ali Mukhni itu unggul mutlak dari pesaingnya sampai 49,5 persen sama halnya dengan menonton grup lawak yang sangat lucu.
"Bagi kami, hasil survei yang dirilis Poltracking ini tidak usah dianggap serius. Ini diduga hanyalah strategi dari membangun opini, kalau seakan-akan Mulyadi menang Pilgub Sumbar. Tentunya ini akan sangat mempengaruhi reputasi Poltracking di masa depan andai angka yang didapat di bawah 49,5 persen dan Mulyadi kalah," kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra ini, Kamis (5/11).
Bahkan Andre menyatakan akan menyiarkan kelucuan itu secara masif andai hasil di Pilgub 9 Desember 2020 nanti meleset jauh. Apalagi survei yang dirilis terakhir, hanya berjarak sekitar sebulan dari masa pencoblosan.
"Tentu hasil yang dirilis setidak-tidaknya mendekati hasil asli nanti. Ingatlah, ini adalah pertaruhan bagi Poltracking, meleset, maka risiko ditanggung sendiri dan akan kami umumkan," kata anggota Komisi VI DPR RI ini.
Berdasarkan hasil survei Poltracking yang diumumkan pada Selasa (3/11) di Grand Inna Hotel Padang, elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni 49,5 persen, Nasrul Abit-Indra Catri 21,3 persen, Mahyeldi-Audy 17,1 persen, dan Fakhrizal-Genius Umar 6,2 persen. Lembaga tersebut menggelar survei pada 19-23 Oktober 2020. Metodenya stratified multistage random sampling. Jumlah sampelnya 1.200 responden. Margin of error survei ini kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara itu, peneliti Arah Baru Centre, Erizal, memiliki beberapa alasan untuk meragukan hasil survei itu. Pertama, berdasarkan hasil survei Poltracking itu, 3,7 persen masyarakat Sumbar belum punya pilihan. Menurutnya, angka itu terlalu kecil karena masih banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan. Meski tidak bisa memastikan jumlah angkanya, ia menilai angka masyarakat yang belum menentukan pilihan lebih dari 3,7 persen.
Alasan kedua Erizal tak percaya elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni 49,5 persen adalah perbandingan dengan angka kemenangan Gamawan Fauzi pada Pilkada Sumbar 2005.
Alasan ketiga Erizal ialah tingkat popularitas Nasrul Abit yang terlalu jauh dengan elektabilitasnya. Berdasarkan hasil survei Poltracking, popularitas Nasrul Abit 85,5 persen, Mulyadi 82,5 persen, Mahyeldi 81,3 persen, dan Fakhrizal 53,4 persen.