Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait persepsi terhadap korupsi dalam dua tahun terakhir. Hasilnya, 39,6 persen responden menilai tingkat korupsi di Indonesia mengalami peningkatan.
Survei dilaksanakan terhadap 1.200 responden yang dipilih dengan metode simple random sampling melalui wawancara telepon dalam kurun waktu 13-17 Oktober 2020. Margin of error survei kurang-lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selain itu, untuk mengetahui tren dari persepsi korupsi dan variabel penjelasnya, laporan LSI juga memasukkan data dari dari Trackpoll-1, yang diselenggarakan pada 13-16 Agustus 2020, dan Trackpoll-2, yang diselenggarakan pada 13-16 September.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Responden diberi pertanyaan 'Dalam dua tahun terakhir, bagaimana menurut Ibu/Bapak tingkat korupsi di Indonesia saat ini, apakah meningkat, menurun, atau tidak mengalami perubahan?'.
Pada survei terakhir di Oktober 2020, sebanyak 39,6 persen responden menilai bahwa tingkat korupsi dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan, sementara 13,8 persen menyatakan menurun, dan 31,9 persen responden menyatakan tidak mengalami perubahan.
"Di Trackpoll kita bulan Oktober itu hampir 40 persen yang mengatakan tingkat korupsi dalam 2 tahun terakhir itu mengalami peningkatan, yang menyatakan menurun 13,8 persen. Sebelumnya pada September itu tidak terlalu beda, 42 persen menyatakan korupsi mengalami peningkatan, sekitar 15 persen menyatakan korupsi mengalami penurunan," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam dalam rilis survei yang disiarkan virtual, Selasa (3/11/2020).
"Sebelumnya pada Agustus itu hampir sama sekitar 38,4 persen menyatakan korupsi meningkat, dan 12 persen menyatakan korupsi menurun," imbuhnya.
Menurut Djayadi, persepsi korupsi di masyarakat negatif, baik di masa pandemi maupun sebelum pandemi. Responden yang menyatakan tingkat korupsi menurun pun juga tidak mengalami perubahan berarti.
"Poin yang bisa kita ambil, di masa pandemi pun jumlah orang yang mengatakan bahwa korupsi itu meningkat masih jauh lebih banyak dibandingkan yang menyatakan menurun. Artinya, persepsi korupsinya masih negatif, sama seperti ketika sebelum pandemi," ujarnya.
LSI juga memetakan persepsi korupsi dari pendukung Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo Sandi. Simak di halaman selanjutnya. >>>
LSI juga memetakan persepsi pendukung Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terkait tingkat korupsi. Hasil survei menunjukkan lebih banyak pendukung Prabowo-Sandi yang menyatakan tren korupsi mengalami peningkatan (46,1 persen).
"Para pendukung Pak Jokowi dan Ma'ruf Amin itu cenderung lebih positif pandangannya terhadap keadaan korupsi, atau dengan kata lain pendukung Pak Jokowi dan Ma'ruf Amin cenderung lebih sedikit yang memandang bahwa korupsi itu meningkat dibandingkan dengan para pendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno," ungkap Djayadi.
"Jadi ada efek 'partisanship' di situ. Yang mendukung Prabowo-Sandi cenderung lebih banyak, mendekati 50 persen, yang memandang korupsi meningkat," lanjut dia.