Rektor Institut Pertanian Bandung (IPB) sekaligus penyintas COVID-19, Arif Satria mengatakan kampanye edukasi harus benar-benar dilakukan efektif, tidak bisa melulu dari pemerintah, melainkan butuh gerakan sosial luar biasa.
"Edukasi campagne harus benar-benar efektif dan enggak bisa melulu dari pemerintah butuh gerakan sosial luar biasa," ujar Arif seperti dilansir dari situs covid19.go.id, Selasa (3/11/2020).
Pemerintah dalam hal ini Satgas Penanganan COVID-19 membutuhkan kerja sama yang melibatkan organisasi masyarakat, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk memberdayakan gerakan level bawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif mengatakan kesadaran protokol kesehatan memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan hanya terjadi di wilayah perkotaan. Namun, kesadaran ini di daerah tak sepatuh masyarakat Jabodetabek. Alasannya, di daerah mengalami problem keteladanan tokoh.
"DPRD, Bupati/Wali Kota, ahli agama memberi contoh yang baik, akan lebih mudah menyerap ke bawah," katanya.
Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan tokoh agama sudah banyak terlibat dalam memutus mata rantai COVID-19, terutama di kalangan pesantren. Ia menyebut hampir semua pesantren seluruh Indonesia menunda pembelajaran secara langsung. Rata-rata secara daring, kalau ada yang memulai membawa santri ke asrama, itu dengan prosedur protokol kesehatan ketat.
"Ini menjadi sosialisasi yang sangat kuat, sehingga orang tua murid atau wali santri tahu apa yang harus dilakukan dengan wabah ini," ujar Yahya.
Ia mengatakan hampir semua kegiatan komunitas yang biasanya dilakukan dengan berkumpul sudah beralih ke virtual. Ini dengan sendirinya menjadi wahana sosialisasi kampanye masyarakat.
"Saya melihat masyarakat dari kalangan terdidik dengan kelas menengah sudah banyak mengetahui seluk beluk COVID-19 ini, dan sudah punya kesadaran cukup tinggi. Tapi ada sebagian masyarakat karena kondisi kehidupan secara realistis tidak membuat dia terhalang dari akses informasi," ungkapnya.
Oleh karena itu, masyarakat juga harus selalu #IngatPesanIbu untuk menerapkan 3M, yakni menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun seperti yang dikampanyekan Satgas Penanganan COVID-19.
(ega/ega)