Pemerintah Indonesia melalui Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) telah membangun fasilitas Observatorium Nasional di NTT. Salah satu arahnya nanti ialah mencari tahu kehidupan lain di luar bumi atau kehidupan alien. Mengapa LAPAN melakukan ini?
"Hampir semua pengamatan dan riset astronomi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. Misalnya, selama ini LAPAN banyak melakukan penelitian tentang cuaca antariksa supaya kita pahami kondisi di sekitar satelit kita. Untuk cegah kerusakan pada aset mahal tersebut, kita perlu pantau kondisi antariksa," ujar Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, Selasa (27/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, tujuan LAPAN melakukan hal ini adalah meneliti asteroid. Dengan penelitian ini, penduduk bumi bisa mewaspadai ancaman tabrakan asteroid.
"LAPAN ke depan akan lakukan pengamatan dan penelitian asteroid. Tujuannya adalah untuk melindungi penduduk bumi dari ancaman tabrakan asteroid/komet," ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa riset dan pengamatan ini juga bisa menjadi harapan dalam pengembangan teknologi. Meskipun tidak ada manfaat langsung.
"Di balik dari pengamatan dan riset yang dilakukan, ada harapan bahwa akan ada pengembangan teknologi baru. Pengamatan buruh kamera hypersensitive yang bisa juga bermanfaat untuk urusan medis hingga konservasi. Dan lain sebagainya. Meski tidak ada manfaat langsung, ada banyak spin off atau manfaat tak langsung yang bisa diperoleh," tuturnya.
"Tentu daya saing bangsa bisa meningkat dengan riset-riset mutakhir seperti itu," lanjutnya.
Simak video 'Kepala LAPAN Bicara UFO dan Mahluk Cerdas di Luar Bumi':
Sebelumnya, Rhorom mengatakan bahwa Observatorium Nasional di NTT diniatkan untuk menjawab teka-teki kehidupan di luar bumi. Kehidupan di luar bumi itu juga bisa merujuk pada alien. Alien adalah makhluk asing yang berasal dari luar bumi, biasanya terdapat dalam cerita atau film fiksi sains.
"LAPAN akan merencanakan program pengamatan transient objects mulai tahun 2020. Eksoplanet dan supernova adalah contoh objek transien. Dengan kata lain, kami akan mulai mencari dan mempelajari eksoplanet dengan lebih sistematis. Salah satu arahnya memang menjawab apakah ada kehidupan di luar sana," kata Rhorom.
Kendati demikian, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa observatorium itu dibangun sejak tahun 2017.
"Untuk diketahui, sejak 2017 LAPAN bersama ITB dan UNDANA serta Pemprov NTT dan Pemkab Kupang membangun Observatorium Nasional di Gunung Timau, Kab Kupang," ujarnya.
"Fasilitasnya utamanya adalah teleskop 3,8 meter, terbesar di Asia Tenggara. Semula ditargetkan selesai 2020, namun tertunda jadi 2021 karena beberapa kendala, antara lain akses jalan dan pandemi Covid-19.
Dia menegaskan bahwa fasilitas ini dibangun untuk edukasi publik. Tujuannya ialah untuk observasi astronomi.
"Selain itu dibangun juga Pusat Sains di Tilong, Kupang, sebagai pusat edukasi publik. Tujuan utama sebagai pusat observasi astronomi dan pemberdayaan kawasan timur Indonesia. Observasi astronomi mencakup objek-objek tata surya (seperti planet, komet, dan asteroid), fisika bintang dan galaksi, struktur besar alam semesta, sampai planet-planet di luar tata surya," ungkapnya.
Terkait anggaran Rp 340 m, dia menjelaskan itu anggaran multiyears. "Anggaran 340 m adalah anggaran multiyears pembangunan observatorium nasional di Gunung Timau Kupang dg teleskop berdiameter 3,8 meter (terbesar di Asia Tenggara) serta fasilitas Pusat Sains di Tilong, Kupang, untuk edukasi publik. Pusat Sains dilengkapi dengan teleskop berdiameter 50 cm," ujarnya.