Puting beliung yang menerjang kawasan Marakas, Pondok Ungu, Babelan, Bekasi, pada Jumat (23/10) menyisakan memori pahit. Seperti pedagang kopi bernama Eman (24). Saat angin ribut itu menerpa, Eman sedang berdagang dengan gerobaknya.
Saat itu, Eman sedang melakukan rutinitas berdagangnya seperti biasa. Namun, selepas ibadah salat Jumat, sekitar pukul 13.00 WIB, angin kencang tiba-tiba datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, saya langsung merasakan anginnya. Pas itu lagi jualan kopi pakai gerobak," kenang Eman saat ditemui detikcom, Sabtu (24/10/2020).
![]() |
Padahal saat itu hujan yang mengguyur kawasan Marakas tergolong hanya gerimis. Eman tidak pernah menyangka angin besar akan datang.
"Awalnya cuma angin gede, terus beterbangan benda-benda semacam asbes. Ujan cuma gerimis doang. Kayaknya cuma angin biasa awalnya," tutur Eman.
Nahas bagi Eman, angin yang ia kira awalnya hanya angin kecil bertransformasi menjadi puting beliung. Dia pun berusaha memegang erat gerobaknya supaya tidak terbang, dibantu juga oleh orang lain.
"Saya dibantu tukang parkir dua orang. Akhirnya nggak kuat. Kebawa juga (gerobaknya). Akhirnya kita lepas gerobaknya, kabur melarikan diri. Ada gerobak tiga yang hancur. Kaca pecah, terbang semua komponen atap gerobaknya," tuturnya.
Selain itu, Eman menggambarkan reaksi orang di sekitarnya yang turut menyaksikan ganasnya angin puting beliung. Menurutnya, ada yang menjerit ketakutan dan ada pula yang menangis.
"Reaksi orang sekitar panik, ada yang teriak, ada yang nangis. Soalnya, semuanya hancur. Pokoknya barang-barang plastik, barang gede, juga ikut terbang," imbuh pedagang kopi ini.
![]() |
Setelah 15 menit, barulah angin kencang mereda. Peristiwa itu juga merusak ratusan rumah di Bekasi.