Pendampingan dengan memberikan penguatan sosial di kalangan masyarakat perlu dilakukan guna mengikis stigma pasien COVID-19. Tim Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Urip Purwono mengungkapkan stigma selalu muncul setiap adanya pandemi seperti Ebola dan COVID-19.
Stigma adalah pandangan negatif yang sering tidak mendasar terhadap kelompok atau seseorang yang dianggap berbeda dan lebih rendah.
Stigma orang terkonfirmasi COVID-19 dianggap lebih berbahaya walaupun sudah sembuh yang membuat mereka dijauhi. "Dengan adanya stigma ada kecenderungan bagi masyarakat untuk menyembunyikan simptom. Ini lebih berbahaya," ujar Urip Purwono, dikuip dari situs resmi covid10.go.id, Kamis (22/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu ia ungkapkan dalam talkshow 'Penguatan Sistem Sosial Penanganan Penyintas COVID-19' di Media Center Satgas Penanganan COVID-19 Graha BNPB, Jakarta pada hari Selasa (20/10).
Sementara itu, Ketua Jaringan Rehabilitasi Psikososial Indonesia (JRPI) Dr. dr. Irmansyah, SpKJ (K) menjelaskan banyak yang memandang stigma secara keliru. Stigma sebagai penyakit yang dipandang sebagian orang harus dijauhi, dianggap sumber masalah, dan sangat negatif serta sangat mempengaruhi pemulihan penderita.
Irmansyah menyebutkan, contoh stigma yang terjadi pada penyakit HIV/AIDS, kusta/lepra, gangguan jiwa, dan COVID-19. "Orang terkonfirmasi positif COVID-19 di stigma luar biasa yang membuat mereka tertimpa beban ganda, sudah mengalami penyakit dan dijauhi lingkungan sosial. Ini suatu kondisi yang tidak menguntungkan," pungkasnya.
Sementara itu Independent Pekerja Profesional Indonesia Nurul Eka Hidayat mengatakan pendampingan sosial dilakukan dengan capacity building secara berjenjang dari level terendah RT, RW, hingga kelurahan/desa.
Adapun pendampingannya dalam bentuk pemberian pelatihan dan bimbingan teknis seputar penanganan COVID-19.
"Penguatan dilakukan dengan berjejaring menjadi sekutu-sekutu pelayanan kesehatan. Ini di semua sektor," ujar Nurul.
Nurul mengatakan sangat penting bagi masyarakat untuk melibatkan diri dalam menangani masalah COVID-19 ini. Keterlibatan orang lokal atau tetangga terdekat jauh lebih baik dalam meningkatkan kesembuhan dan menekan angka penyebaran COVID-19.
"Akan lebih baik yang terlibat itu orang lokal karena memudahkan dari budaya dan bahasanya," ungkap Nurul.
Sebagai informasi, guna mencegah penyebaran COVID-19 pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengikuti kampanye #IngatPesanIbu yang dikampanyekan oleh Satgas COVID-19, yakni dengan menerapkan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak).
Tonton video 'Doni Monardo: Ketersediaan ICU di Jakarta Saat Ini 64%':